HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Posisi Loss Jadi Investor Fundamental Dadakan?

Ada banyak hal menarik yang sering penulis temukan dari membaca postingan forum saham lokal terbesar, salah satunya yaitu adanya beberapa user yang tiba-tiba beralih menjadi investor fundamental. Pada awalnya mereka berinvestasi dengan menggunakan analisa teknikal, namun ketika harga saham turun mereka malah berkata "saham ini bagus, nanti juga akan naik dengan sendirinya".

Statement tersebut atau kalimat lainnya lebih terdengar seperti suatu cara untuk menghibur diri atau mencari pembenaran terhadap suatu keputusan investasi. Padahal konsep analisa secara fundamental dan teknikal saling bertolak belakang dan kita tidak bisa mengubah begitu saja di tengah jalan. Lalu apa yang akan terjadi jika seorang investor teknikal tiba-tiba berubah haluan?

Perlu diingat bahwa setiap investor teknikal selalu dibekali dengan batasan untuk melakukan take profit dan cut loss. Ketika suatu saham turun dan investor tersebut tidak melakukan cut loss, maka itu sama dengan akumulasi loss. Konsep money management pun menjadi kacau karena loss terus terakumulasi sedangkan profit direalisasi secara cepat. Penulis bisa meramalkan bahwa kasus seperti ini akan berakhir dengan semua posisi yang dipegang berada di zona loss.

Baca : Apakah Penyebab Harga Saham Naik?

Lalu ketika melihat semua posisi merah, maka investor tersebut akan merasa bahwa setiap pilihan yang ia lakukan lebih banyak salah dan berpikir untuk mengganti analisa teknikal yang telah digunakan. Namun itu bukanlah jalan keluar yang tepat sehingga seringkali ia mengulangi siklus yang sama dengan cara yang berbeda dan pada akhirnya hanya kerugianlah yang diperoleh.

Jadi apa yang harus dilakukan agar tidak mengalami hal tersebut?
1. Tentukan gaya berinvestasi
Sebelum berinvestasi di bursa saham, ada baiknya kita menentukan terlebih dahulu apakah ingin menggunakan analisa fundamental atau teknikal. Di sini penulis tidak memihak pada salah satu gaya investasi melainkan menekankan pentingnya konsistensi dalam berinvestasi.

Jika sudah memutuskan gaya berinvestasi, maka kita harus stick kepada hal tersebut. Kalaupun memutuskan untuk menggunakan fundamental dan teknikal secara bersamaan, ada baiknya menggunakan kita account / broker yang terpisah. Hal ini agar kita dapat memantau dan mempertimbangkan manakah gaya berinvestasi yang lebih sesuai dengan aktivitas dan tujuan kita.

2. Pahami konsep investasi
Kita harus menyadari bahwa tidak ada gaya berinvestasi yang sempurna dan selalu menghasilkan profit. Bahkan Warren Buffett sekalipun mengalami kerugian pada investasi di ConocoPhillips, US Air, dan Dexter Shoes. Yang terpenting adalah kita memahami akan selalu ada risk (resiko) and reward (imbalan), dan pastikan bahwa potensi reward selalu lebih besar daripada risk.

Misalnya dalam menggunakan analisa teknikal, kita bisa take profit ketika suatu saham naik 30% dan cut loss ketika saham turun 10%. Potensi reward yang lebih besar ini bisa digunakan untuk menutupi hingga 3x kerugian. Jadi kalaupun probabilitas win kita hanya 30%, kita tetap akan memperoleh keuntungan : win 3 x 30% = 90%, loss 7 x 10% = 70%, sisa = 20%.

3. Jangan mudah percaya pada tips
Banyak orang terjun berinvestasi saham dengan teriming-iming oleh profit yang besar dan cepat. Kebanyakan mereka malas untuk melalui proses belajar dan memahami investasi tersebut. Oleh karena itu mereka selalu mencari-cari tips dari tetangga, teman, forum dan sumber lainnya. Tak jarang pula mereka ikut member berbayar hanya untuk memperoleh tips-tips itu.

Bukan berarti tips adalah sesuatu yang buruk, namun lebih baik jika kita mengerti alasan di balik keputusan investasi tersebut. Dan kita juga harus melakukan penelitian yang mendalam terhadap tips itu. Karena setiap tips berasal dari perspektif dan pengalaman pembuatnya yang sifatnya personal, sehingga seringkali bisa berbeda dengan gaya berinvestasi yang kita anut.

Dari 3 poin di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran dan penelitian menjadi hal terpenting sebelum berinvestasi pada instrumen apapun. Penulis menilai saham merupakan salah satu instrumen investasi yang paling rumit jika dibandingkan dengan tabungan, deposito, obligasi, emas atau bahkan rumah sekalipun.

Oleh karena itu perlu waktu pembelajaran dan jam terbang yang jauh lebih panjang untuk menguasai seluk beluk dalam berinvestasi saham. Jika menginginkan investasi yang lebih mudah, maka penulis menyarakan untuk memilih investasi dengan imbal balik yang lebih rendah karena biasanya hasil berbanding lurus dengan resiko.

Baca : 5 Psikologi Penyebab Gagal Berinvestasi Saham

Comments

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?