5 Psikologi Penyebab Gagal Berinvestasi Saham
Bagi investor maupun trader yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia saham, pastinya akan sering melihat gambar ini. Beberapa yang pernah merasakan kepahitan akibat saham akan merasa bahwa market selalu mempermainkan mereka dan ragu apakah investasi saham benar-benar dapat memberikan keuntungan. Bagi yang sudah memperoleh buah hasil dari saham mungkin akan tersenyum dan mengatakan dulu saya pernah merasakan hal seperti itu.
Menutip quote dari Warren Buffett "Success in investing doesn't correlate with I.Q once you're above the level of 125. Once you have ordinary intelligence, what you need is the temperament to control the urges that get other people into trouble in investing." yang berarti bahwa IQ bukanlah hal utama dalam berinvestasi, melainkan temperamen atau psikologi lah yang lebih berperan penting dalam kesuksesan berinvestasi.
Berikut 5 psikologi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berinvestasi :
1. Greed and Fear
Adalah kondisi emosi berkaitkan dengan pergerakan saham yang tidak dapat diprediksi. Ketika bursa saham bergerak naik, banyak investor terjebak pada ketamakan untuk terus membeli dengan harapan bahwa harga saham akan selalu naik. Contoh yang paling nyata adalah kasus bubble dot-com yang terjadi tahun 1990an di Amerika dimana setiap saham perusahaan yang berakhiran .com naik dengan cepat dalam waktu singkat.
Sedangkan psikologis fear / takut biasa dikaitkan dengan segala hal negatif yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan ke depannya. Kita dapat melihat contoh fear dari kasus beras oplos PT IBU yang menyeret saham induk usaha Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA). Contoh lainnya adalah saham Indika Energy (INDY) yang turun tajam pada tahun 2015 disebabkan oleh harga batubara dunia yang terus memburuk
Banyak investor yang mengalami kerugian akibat psikologi greed and fear tersebut. Namun Warren Buffett memanfaatkan psikologis ini secara terbalik seperti quote "Be Fearful when others are greedy and greedy when others are fearful". Dengan menerapkan konsep ini, Buffett mendapatkan keuntungan yang luar biasa dengan membeli saham perusahaan berkualitas di harga murah.
2. Get Rich Quick Mindset
Kebanyakan para pemula yang masuk ke bursa saham memiliki mindset untuk menjadi kaya dalam waktu sesingkat-singkatnya dan jika bisa dengan modal sekecil-kecilnya. Dengan mindset ini, banyak pemula menjadi mudah percaya terhadap rekomendasi dan stockpick dari sumber-sumber yang belum tentu benar. Dan karena hanya mengikuti rekomendasi tersebut, mereka akan bingung ketika investasi tersebut mengalami kerugian.
Mindset ini pun memancing beberapa investor untuk menggunakan laverage (daya ungkit) agar keuntungan menjadi berlipat ganda dengan penggunaan margin account. Padahal laverage dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua yang selain bisa memberikan keuntungan berlipat juga memiliki resiko kerugian berlipat pula. Ini salah satu hal yang dapat memastikan investor bangkrut dengan cepat.
Investasi saham sebenarnya sama seperti bisnis atau usaha pada umumnya dimana butuh pengorbanan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, bagi investor pemula jangan pernah berpikir untuk menjadi kaya dengan cepat dan mudah di bursa saham.
Baca : Posisi Loss Jadi Investor Fundamental Dadakan?
Sedangkan psikologis fear / takut biasa dikaitkan dengan segala hal negatif yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan ke depannya. Kita dapat melihat contoh fear dari kasus beras oplos PT IBU yang menyeret saham induk usaha Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA). Contoh lainnya adalah saham Indika Energy (INDY) yang turun tajam pada tahun 2015 disebabkan oleh harga batubara dunia yang terus memburuk
Banyak investor yang mengalami kerugian akibat psikologi greed and fear tersebut. Namun Warren Buffett memanfaatkan psikologis ini secara terbalik seperti quote "Be Fearful when others are greedy and greedy when others are fearful". Dengan menerapkan konsep ini, Buffett mendapatkan keuntungan yang luar biasa dengan membeli saham perusahaan berkualitas di harga murah.
2. Get Rich Quick Mindset
Kebanyakan para pemula yang masuk ke bursa saham memiliki mindset untuk menjadi kaya dalam waktu sesingkat-singkatnya dan jika bisa dengan modal sekecil-kecilnya. Dengan mindset ini, banyak pemula menjadi mudah percaya terhadap rekomendasi dan stockpick dari sumber-sumber yang belum tentu benar. Dan karena hanya mengikuti rekomendasi tersebut, mereka akan bingung ketika investasi tersebut mengalami kerugian.
Mindset ini pun memancing beberapa investor untuk menggunakan laverage (daya ungkit) agar keuntungan menjadi berlipat ganda dengan penggunaan margin account. Padahal laverage dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua yang selain bisa memberikan keuntungan berlipat juga memiliki resiko kerugian berlipat pula. Ini salah satu hal yang dapat memastikan investor bangkrut dengan cepat.
Investasi saham sebenarnya sama seperti bisnis atau usaha pada umumnya dimana butuh pengorbanan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, bagi investor pemula jangan pernah berpikir untuk menjadi kaya dengan cepat dan mudah di bursa saham.
Baca : Posisi Loss Jadi Investor Fundamental Dadakan?
3. Try Timing The Market
Salah satu hal yang tidak dapat dilakukan di bursa saham adalah mencoba untuk menebak top dan bottom dari suatu pergerakan saham. Kehadiran ratusan jenis indikator saat ini pun tidak mampu melakukan hal tersebut, yang dapat dilakukan hanyalah menganalisa suatu trend pergerakan saham. Walaupun begitu tetap saja persentase keberhasilan indikator tersebut hanyalah 50%.
Pergerakan suatu saham dipengaruhi sangat banyak hal seperti kondisi ekonomi / negara, kinerja perusahaan, supply-demand dan banyak hal lainnya. Yang terpenting sebenarnya bukanlah di bagian analisa pergerakan saham, namun bagaimana kita melakukan money management di setiap posisi. Kita harus merencanakan berapa potensi gain yang dihasilkan, berapa loss yang siap ditanggung serta memastikan potensi gain harus lebih besar dari potensi loss.
Pergerakan suatu saham dipengaruhi sangat banyak hal seperti kondisi ekonomi / negara, kinerja perusahaan, supply-demand dan banyak hal lainnya. Yang terpenting sebenarnya bukanlah di bagian analisa pergerakan saham, namun bagaimana kita melakukan money management di setiap posisi. Kita harus merencanakan berapa potensi gain yang dihasilkan, berapa loss yang siap ditanggung serta memastikan potensi gain harus lebih besar dari potensi loss.
4. Fall in Love with The Company / Product
Ketika kita melakukan research mengenai suatu perusahaan, anda mungkin akan terjebak pada perasaan bahwa suatu perusahaan yang sangat terkenal pastinya akan selalu berkinerja baik. Selain itu, anda juga akan menemukan suatu produk bagus yang laris dan berpikir pasti perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus. Pemikiran tersebut seringkali benar, namun tidak selalu akan berakhir seperti demikian.
Di dunia bisnis saat ini, perubahan terjadi dengan sangat cepat dan tidak dapat diprediksi. Tentunya kita masih ingat kejayaan Nokia di bisnis handphone yang hancur dalam sekejap mata dan ditutup dengan statement dari CEO Nokia yaitu "We didn't do anything wrong, but somehow we lost." Warren Buffett juga menyadari hal ini dengan melepaskan bisnis koran Washington Post ketika melihat masa depan bisnis tersebut tidak lagi menarik.
Di dunia bisnis saat ini, perubahan terjadi dengan sangat cepat dan tidak dapat diprediksi. Tentunya kita masih ingat kejayaan Nokia di bisnis handphone yang hancur dalam sekejap mata dan ditutup dengan statement dari CEO Nokia yaitu "We didn't do anything wrong, but somehow we lost." Warren Buffett juga menyadari hal ini dengan melepaskan bisnis koran Washington Post ketika melihat masa depan bisnis tersebut tidak lagi menarik.
5. Revenge Investing
Bagi beberapa orang yang pernah mencoba permainan judi, pastinya ada yang suka melipatgandakan taruhan ketika mengalami kekalahan dengan harapan modal yang sudah hilang bisa kembali lagi. Namun kenyataannya banyak orang yang malah mengalami kerugian semakin banyak dan bahkan hingga harus berutang. Hal seperti ini juga harus dihindari pada saat investasi saham karena akan menyeret kita pada kerugian yang lebih besar.
Selain itu investor pemula disarankan untuk tidak melakukan averaging down (menambah posisi ketika harga saham turun) karena bisa jadi anda sedang melakukan averaging loss dan terus menumpuk kerugian. Averaging down boleh anda lakukan jika sudah memiliki pengalaman yang cukup serta paham apa yang sedang dilakukan. Seperti quote "The market, like the Lord, helps those who help themselves. But, unlike the Lord, the market does not forgive those who know not what they do".
Baca : Quotes Terbaik dari Buku The Warren Buffett Way
Selain itu investor pemula disarankan untuk tidak melakukan averaging down (menambah posisi ketika harga saham turun) karena bisa jadi anda sedang melakukan averaging loss dan terus menumpuk kerugian. Averaging down boleh anda lakukan jika sudah memiliki pengalaman yang cukup serta paham apa yang sedang dilakukan. Seperti quote "The market, like the Lord, helps those who help themselves. But, unlike the Lord, the market does not forgive those who know not what they do".
Baca : Quotes Terbaik dari Buku The Warren Buffett Way
Comments
Post a Comment