HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Meneliti Pendapat Lo Kheng Hong Mengenai Saham BUMI

Pada awal tahun 2017 salah satu situs berita investasi menerbitkan berita yang sangat menarik yaitu "Lo Kheng Hong meraup angpao besar dari BUMI". Berita ini diterbitkan setelah saham BUMI yang sebelumnya berada di harga Rp 50 naik 1.000% menjadi Rp 500 di akhir bulan Januari. Tercatat saham BUMI berada pada level Rp 50 selama kurang lebih 1 tahun mulai dari bulan Juli 2015 hingga bulan Juni 2016. Hal ini tentunya memberikan rasa optimis bagi investor yang telah atau baru ingin berinvestasi pada saham BUMI.


Dari berita tersebut disebutkan LKH mengoleksi saham BUMI di harga Rp 50 dalam jumlah yang cukup banyak. LKH mengatakan, pemilihan suatu saham tidak hanya berdasarkan pada rasio PER dan PBV. Menurut Lo, BUMI memiliki cadangan batubara yang terbukti sebanyak 3 miliar ton. Kalau dihitung berdasarkan harga batubara saat ini di kisaran US$ 80 per metrik ton, nilai cadangan batubara BUMI bisa sebesar US$ 240 miliar. 

Menurut Lo, harga pasar saham BUMI Rp 50 per saham jelas salah harga. Sebab, dengan jumlah saham beredar sebanyak 36,6 miliar, nilai perusahaan BUMI hanya sebesar Rp 1,83 triliun. Dengan asumsi kurs rupiah sebesar Rp 13.300 per dollar, nilai perusahaan BUMI saat harga sahamnya Rp 50 per saham adalah US$ 137 juta. Menurut LKH nilai wajar BUMI adalah US$ 4,6 miliar dengan perhitungan nilai cadangan batubara dikurangi utang perusahaan. Nilai cadangan batubara diperoleh dari harga batubara dikurangi ongkos produksi lalu dikurangi lagi royalti ke pemerintah lalu dikalikan dengan cadangan batubara yang dimiliki.


Kinerja Perusahaan dan Saham BUMI
Perusahaan dengan nama lengkap Bumi Resources ini sebenarnya bukanlah perusahaan yang buruk pada mulanya. Di tahun 2006-2008 adalah masa keemasan dari saham ini karena rasio ROE sangat tinggi yaitu di atas 40%. Rasio DER juga cukup oke di tahun 2007 dan 2008. Hal ini membuat saham BUMI pernah mencapai titik tertinggi di Rp 8.750 dan setelahnya terjadi krisis keuangan yang membuat harga saham kembali lagi menjadi Rp 900.

Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

Kinerja perusahaan yang buruk mulai terlihat pada tahun 2009 di mana total sales cukup baik, namun tidak diikuti dengan net income. Pada tahun berikutnya net income tidak kunjung membaik dan di tahun 2012 perusahaan merugi. Rasio DER juga terus naik mulai dari 2009 hingga di tahun 2013 rasio DER menjadi minus karena equity perusahaan minus (utang lebih besar daripada aset). Mulai tahun 2013 perusahaan beroperasi dengan ditunjang oleh utang tanpa aset.

Baca : Utang / Liabilities

Ketika BUMI masih memiliki kinerja yang baik, perusahaan terbilang rutin membagikan deviden dengan payout ratio sebesar 30% dari laba yang diperoleh. Deviden terakhir diberikan pada tahun 2011 dengan nominal Rp 14,31/saham. Lalu tahun 2012 dan berikutnya perusahaan terus membukukan kerugian sehingga tidak mungkin untuk membagikan dividen.

Baca : Ulasan Lengkap Dividen

Solusi Mengatasi Ekuitas Minus
Dengan memburuknya kinerja perusahaan yang mengakibatkan ekuitas minus, solusi untuk meminjam lebih banyak uang tentunya tidak dapat dilakukan lagi. Cara satu-satunya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan adalah dengan melakukan right issue. Dari banyak berita di media, right issue saham BUMI dijadwalkan di pertengahan tahun 2017. Right issue ini bertujuan untuk mengkonversi utang senilai Rp 26,6 triliun dengan menerbitkan saham baru sebanyak 28,75 miliar saham.

Jumlah saham BUMI yang beredar saat ini adalah 36.627.020.427 (36,6 miliar lembar), setelah right issue jumlah saham akan menjadi 65,37 miliar lembar. Right issue ini dapat membantu menyelamatkan perusahaan dan investor dari kebangkrutan, dimana jika perusahaan bangkrut maka saham yang dipegang oleh investor menjadi tidak ada gunanya. Namun di lain pihak dengan adanya right issue akan memberikan kerugian pada investor karena efeknya pada EPS (earning per share), book value dan dividen.

Baca : Keuntungan dan Kerugian Right Issue

Cadangan Batubara
* data sales dalam satuan miliar
Pendapat Lo Kheng Hong mengenai cadangan batubara yang besar sebenarnya tidak salah, namun bukan berarti perusahaan lainnya yang berada pada sektor batubara tidak memiliki cadangan batubara. Dari data laporan keuangan tahun 2016, tercatat ADRO memiliki cadangan terbesar yaitu 15,2 miliar ton disusul dengan PTBA di 8,2 miliar ton lalu BUMI dan ITMG.

Dari data berikut terlihat juga bahwa tanpa adanya right issue, BUMI sudah menjadi perusahaan batubara dengan jumlah saham yang beredar paling banyak. Setelah right issue jumlah saham ini akan semakin membengkak menjadi 65,3 miliar. Sebenarnya jumlah saham yang besar tidak bermasalah jika diikuti dengan ekuitas yang besar pula. Sebagai contoh saham ADRO juga memiliki jumlah saham yang besar, tapi ekuitas mereka juga besar pula.

Sedangkan pada saham BUMI ekuitas tahun 2016 minus, pada point ini berarti jika ada investor yang membeli saham BUMI maka sebenarnya mereka sedang membeli utang bukan aset perusahaan. Data Top Sales menunjukkan BUMI pernah mencatatkan penjualan sebesar 43 triliun di tahun 2013, yang terbilang paling besar dibandingkan perusahaan batubara lainnya. Ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi BUMI tidak perlu diragukan lagi.

Pada poin ini cadangan batubara bukanlah satu-satunya faktor yang digunakan untuk menilai sebuah perusahaan apakah masih berharga atau tidak. Masih banyak saham perusahaan batubara lainnya yang punya cadangan batubara yang bahkan lebih besar dari BUMI. Saham tersebut bahkan juga memiliki track record kinerja keuangan yang bagus pula. Jika keuangan sebuah perusahaan sehat, maka tidak sulit untuk mengakuisisi perusahaan yang lebih kecil untuk mendapatkan sumber daya batubara.

Kesimpulan
Pendapat Lo Kheng Hong yang ada pada suatu berita tidak bisa kita telan mentah-mentah sebagai acuan untuk berinvestasi. Kita sendiri sebagai investor perlu menganalisa lebih mendalam mengenai perusahaan tersebut sebelum memutuskan untuk masuk membeli saham. Analisa penulis terhadap masuknya LKH pada saham BUMI lagi bukanlah tindakan investasi, tapi lebih ke arah spekulasi.

Baca : Lo Kheng Hong Beli Saham MBSS, Kenapa?

Berikut contoh analogi sederhana atas aksi LKH masuk ke saham BUMI :

Investor A memiliki uang sebanyak Rp 2 miliar.
Pada tahun 2012, A membeli saham perusahaan Z di harga Rp 1.000 dengan uang Rp 1 miliar.
Saham Z terus turun dari harga Rp 1.000 menjadi Rp 50 di tahun 2016. A mengalami kerugian 95% yang mengakibatkan uang 1 miliar tersebut menjadi hanya 50juta.
Harta yang dimiliki investor A : sisa Rp 1 miliar + Rp 50 juta = Rp 1.050 juta

Melihat harga saham Z sudah mencapai titik terendah maksimum yaitu harga saham = Rp 50, maka A membeli kembali saham Z tersebut dengan sisa uang 1 miliar sebelumnya.
Di sini, A memiliki 2 posisi sebagai berikut :
-  1 juta lembar saham Z dengan harga beli Rp 1.000
- 20 juta lembar saham Z dengan harga beli Rp 50
Jumlah saham dimiliki : 21 juta lembar

Pertengahan tahun 2017, saham Z secara mengejutkan naik menjadi Rp 300 dan A memutuskan untuk menjual semua posisi saham yang dimiliki.
Hasil penjualan saham : 21.000.000 x Rp 300 = Rp 6,3 miliar
Modal : Rp 2 miliar
Keuntungan : Rp 4,3 miliar atau 215%

Skema ini menunjukkan beberapa fakta mengenai investasi saham yaitu :
Resiko maksimum : 99% jika harga saham menjadi Rp 50, 100% jika perusahaan dinyatakan pailit / bangkrut.
Keuntungan maksium : Tidak terbatas
Dari harga saham Rp 50 menjadi Rp 300 berarti keuntungan yang diperoleh 500%

Jika melihat skema ini, para investor pasti berkata sangat mudah berbicara daripada melakukannya secara real. Tapi penulis cukup yakin Lo Kheng Hong dapat melakukan tindakan seperti ini, mengingat pengalaman dan kemahirannya dalam berinvestasi saham. Dari data-data yang ada di atas, BUMI juga lebih cocok dikategorikan sebagai saham spekulasi bukan saham undervalued. Dikarenakan produk yang dijual BUMI tidak memiliki nilai tambah dibandingkan produk pesaing karena sektor ini adalah sektor komoditas.

Baca : Saham PTRO dan Kontrak Maruwai 1,2 Triliun

Comments

  1. Penulis pakai data yg tdk apple to apple..cadangan batubara bumi yg penulis sebutkan itu adalah CADANGAN TERBUKTI, sementara adaro itu adalah total cadangan baik yg terbukti maupun blm terbukti.
    Bila datanya adalah yg terbukti dan blm terbukti, maka bumi (kpc dan arutmin) juaranya.

    ReplyDelete
  2. menurut ramalan saya, cadangan batu bara terbukti milik adaro adalah 3,3 milyar ton

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah, per tanggal 25 Januari 2020 (saat Imlek + Virus Corona) , harga BUMI terapresiasi ke 56 . Ini menunjukkan tingkat kepercayaan publik yang meningkat pesat. Mari kita berinpestasi di BUMI.

    hormat kami
    Bandar Bumi

    ReplyDelete
  4. Kalo ada modal tak beli semua itu saham..yakin cuan

    ReplyDelete
  5. perlu di ingat sebentar lagi 2021 adalah perpanjangan kontrak oleh negara ke perusahaan pengolahan lahan batubara termasuk BUMI KPC. , ini akan lebih mendongkrat saham di bumi.

    ReplyDelete

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Investasi Emas dan Cara Menghitung Harga Emas secara Real

    Apakah Saham Group Panin Layak untuk Disimpan?

    PNIN : Saham yang Selalu Undervalued

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Lo Kheng Hong Beli Saham MBSS. Kenapa?

    Menghitung Waktu Investasi dengan Rule 72

    5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

    Lo Kheng Hong Kembali Investasi Saham PNLF

    PANS : Saham Group Panin yang Paling Cemerlang