HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Saham PTRO dan Kontrak Maruwai Senilai Rp 1,2 Triliun

Baru-baru ini saham PTRO mendapat berita positif dengan diperolehnya kontrak senilai Rp 1,27 triliun dari PT Maruwai Coal. Kerjasama Petrosea dengan anak usaha dari group tambang Adaro Energy (ADRO) dijadwalkan akan berjalan selama 2 tahun. Tentunya hal ini merupakan katalis bagi PTRO mengingat perusahaan telah mengalami kerugian di 2 tahun terakhir ini yaitu tahun 2015 dan 2016.

Petrosea (PTRO)
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, infrastruktur, minyak dan gas bumi yang beridiri sejak tahun 1972. Selain itu, perusahaan yang go public di tahun 1990 ini juga menyediakan jasa di bidang rekayasa dan konstruksi yang terintegrasi. Berbeda dengan perusahaan lainnya yang berada di sektor pertambangan batubara, Petrosea lebih fokus pada jasa-jasa pelengkap dalam operasi pertambangan. 

PTRO baru melakukan pertambangan batubara melalui anak usaha PT Santan Batubara, yang merupakan join equal (saham sama-sama 50%) antara Petrosea dan Harum Energy (HRUM). Walaupun begitu, perusahaan juga ikut merasakan dampak dari perlambatan bisnis batubara dan penurunan harga batubara. Oleh karena itu perusahaan saat ini mulai fokus untuk diversifikasi ke unit bisnis baru yang memiliki potensi lebih baik.

Data berikut menunjukkan bahwa linis bisnis yang menyumbang pendapatan utama ke anak usaha group Indika (INDY) masih diperoleh dari kontrak pertambangan. Dengan mulai fokusnya PTRO ke unit bisnis Rekayasa dan Manajemen Konstruksi, perusahaan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 162% dari USD 26,7 juta menjadi USD 70,1 juta di tahun 2016. Trend kenaikan di unit bisnis ini terlihat sangat positif dimulai dari tahun 2012 yang hanya menghasilkan USD 2,2 juta hingga menjadi USD 70 juta.

Kepemilikan Saham
Mulai tahun 2009 Petrosea dikendalikan oleh Indika Energy (INDY) melalui kepemilikan saham lebih dari 50%. Di posisi kedua ditempati oleh investor ternama asal Indonesia yaitu Lo Kheng Hong dengan kepemilikan 115 juta lembar atau 11,4%. Jumlah saham PTRO yang dimiliki LKH terus naik setiap tahun dimulai dari tahun 2013 dengan kepemilikan 7,9%. Kenaikan kepemilikan saham LKH menjadi pertanda bahwa beliau yakin terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang serta harga saham PTRO masih undervalued.

Dengan kepercayaan terhadap group usaha Indika, Lo Kheng Hong juga membenamkan dana investasi ke perusahaan lain yang bernaung di bawah Indika yaitu Mitrabahtera Segara Sejati. MBSS adalah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi batubara. Pengendali saham MBSS dipegang oleh INDY dengan kepemilikan 51%, dan LKH sebagai investor individual memegang 2,74%.

Baca : Lo Kheng Hong Membeli Saham MBSS. Kenapa?

Kinerja Perusahaan
Grafik yang ditampilkan oleh PTRO di laporan keuangan tahun 2016 sebenarnya masih kurang komplit. Perusahaan tidak menampilkan data net income, dimana net income perusahaan minus di tahun 2015 dan 2016. Terlihat aset Petrosea mengalami penurunan yang diikuti oleh jumlah liabilities. Ekuitas juga turun dari tahun 2014 karena memang net income perusahaan masih minus. Pendapatan juga turun dikarenakan sektor batubara dunia memang sedang melambat.

Data terlampir menunjukkan bahwa kinerja perusahaan di 2 tahun terakhir ini tidak baik dengan banyak memperoleh minus di rasio ROE, ROA, Gross Margin, serta Net Margin. Di tahun 2013 dan 2014 pun rasio ROE dan ROA juga tidak bisa dibilang bagus dengan perolehan di bawah 10%. Gross margin sebenarnya terbilang cukup baik, tapi ada banyak biaya lain-lain yang menyebabkan net margin pun tetap rendah di tahun tersebut.

Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

Tahun terbaik kinerja PTRO hanya terlihat di tahun 2012 di mana ROE, ROA, Gross Margin, Net Margin semuanya tinggi dan masuk ke dalam perusahaan berkinerja cemerlang. Hal ini memang perlu kita sadari karena bisnis perusahaan adalah sektor komoditas di mana harga komoditas batubara di market global berpengaruh besar dalam menopang kinerja perusahaan.

Baca : Gross Margin, Pretax Margin dan Net Profit Margin

Dalam hal dividen, PTRO juga termasuk sebagai perusahaan yang rajin membagikan pendapatan tambahan kepada investor secara berkala. Pendapatan dividen yang diberikan juga termasuk cukup tinggi di atas 5% jika dibandingkan dengan harga rata-rata tahun berjalan. Kecuali pada tahun 2015 di mana yield dividen hanya berkisar 3,3%, hal itu karena net income perusahaan juga turun drastis pada tahun tersebut.

Baca : Dividen

Efek Kontrak Rp 1,2 Triliun ke Saham PTRO
Sebagai investor kita harus cukup jeli melihat apakah kontrak ini sebuah hal positif atau biasa saja. Kontrak Maruwai Coal senilai Rp 1,2 triliun dijadwalkan berjalan selama 2 tahun, tentunya tidak mungkin uang 1,2 triliun ini akan langsung masuk ke pendapatan perusahaan di tahun 2017. Secara perhitungan kasar PTRO akan menerima pendapatan Rp 600 miliar di tahun 2017 dan Rp 600 miliar sisanya di tahun berikutnya 2018.

Melihat dari jumlah pendapatan tahun 2016 yang berada di Rp 2,8 triliun, angka Rp 600 miliar baru mengamankan pendapatan perusahaan di tahun 2017 sebanyak 21%. Itupun jika target pendapatan yang dibidik oleh PTRO masih sama dengan tahun sebelumnya. Belum lagi jika dibandingkan dengan pendapatan terbaik Petrosea di tahun 2013 dan 2014 yang mencapai Rp 4,3 triliun, tentunya angka 600 miliar terbilang kecil.

Kesimpulan
Melihat dari penjelasan di atas, tentunya para investor lebih baik tidak menganggap kontrak senilai Rp 1,2 triliun ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Akan tetapi pertimbangan untuk membeli saham bisa melihat dari sisi fundamental perusahaan. Jika dinilai dari harga saham PTRO yang berkisar di Rp 1.000, sebenarnya perusahaan masih dapat dikategorikan sebagai saham undervalued dengan PBV = 0.5.

Petrosea juga telah memperlihatkan kinerja positif di kuartal pertama tahun 2017 ini dengan membukukan net income Rp 32 miliar, padahal di kuartal pertama tahun lalu perusahaan membukukan kerugian Rp 45 miliar. Pendapatan juga naik dari Rp 565 miliar tahun lalu menjadi Rp 778 miliar di tahun 2017. Kinerja positif ini tentunya didukung oleh pasar batubara yang mulai bergairah. Jika keadaan market batubara tetap seperti sekarang, diharapkan harga saham PTRO akan naik kembali ke nilai saham sebenarnya.

Baca : Melihat Jejak Lo Kheng Hong di Saham PTRO

Comments

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?