HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Gross Margin, Pretax Margin, dan Net Profit Margin

Gross Margin
Adalah persentase keuntungan kasar dibagi dengan pendapatan. Perhitungan keuntungan kasar diperoleh dari pendapatan dikurangi dengan COGS (cost of goods sold) atau total modal. 

Contoh sederhana sebagai berikut : A menjual koran seharga Rp 1.000 (revenue) dengan modal Rp 800 (COGS), maka A memperoleh keuntungan Rp 200 (gross profit). Gross margin = Rp 200 (gross profit) : Rp 1.000 (revenue) = 20%.

Perhitungan COGS di bisnis perdagangan terbilang sederhana karena hanya memiliki 2 komponen yaitu harga jual dan modal. Berbeda di bisnis pabrikan atau jasa yang harus menghitung biaya bahan baku, listrik, tenaga kerja, dan lain-lain. Semakin tinggi gross margin yang dihasilkan maka semakin mudah bagi perusahaan untuk membayar utang, biaya bunga, asuransi, serta pengembalian hasil kepada para investor.

Pretax Margin

Adalah persentase keuntungan sebelum pajak dibagi dengan pendapatan. Berbeda dengan gross margin yang hanya menghitung COGS, pre-tax lebih mendalam dengan mengurangi biaya-biaya seperti bunga, asuransi, dan administrasi. 

Contoh sederhana sebagai berikut : B menjual koran seharga Rp 1.000 (revenue) dengan modal Rp 800 (COGS) disertai biaya bensin Rp 20 (operating expense) dan biaya cicilan kendaraan Rp 30 (interest expense). Maka pretax margin = [ Rp 200 (gross profit) - Rp 20 (operating expense) - Rp 30 (interest expense) ] : Rp 1.000 (revenue) = 15%.

Analis percaya bahwa tax atau pajak bukanlah suatu komponen utama dalam operation. Di beberapa negara pajak juga dapat dialihkan ke bentuk lainnya seperti CSR (corporate social responsibility) sehingga perusahaan bisa memperoleh pemotongan pajak. Oleh karena itu pretax margin lebih akurat dalam menghitung kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan.

Net Profit Margin

Adalah persentase keuntungan bersih dibagi dengan pendapatan. Keuntungan bersih di sini sudah dikurangi semua komponen biaya serta pajak sehingga hasilnya benar-benar dapat dinikmati oleh perusahaan.

Contoh sederhana sebagai berikut : C menjual koran seharga Rp 1.000 (revenue) dengan modal Rp 800 (COGS) disertai biaya bensin Rp 20 (operating expense) dan biaya cicilan kendaraan Rp 30 (interest expense). Pajak yang dikenakan kepada C adalah 1% dari pendapatan yatiu Rp 10. Maka net profit margin = [ Rp 200 (gross profit) - Rp 20 (operating expense) - Rp 30 (interest expense) - Rp 10 (tax) ] : Rp 1.000 (revenue) = 14%.

Net margin adalah indikator utama dalam menentukan apakah suatu perusahaan pada akhirnya menghasilkan uang atau tidak. Sebagai catatan perhitungan net income belum memasukkan dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham, hal ini dikarenakan perhitungan dividen dilakukan setelah net income tahun sebelumnya dihitung.

Baca : Ulasan Lengkap Dividen

Kesimpulan

Ketiga persentase margin di atas dapat memberikan informasi mengenai keuntungan yang dapat diperoleh suatu perusahaan. Perlu dicatat bahwa setiap sektor dan industri memberikan margin yang berbeda-beda sehingga ketika melakukan perbandingan harus berada di dalam sektor dan industri yang sama.

Akan tetapi di setiap industri pasti memiliki beberapa perusahaan yang tergolong luar biasa dalam segi pencapaian margin jika dibandingkan perusahaan pada industri yang sama. Contohnya : Bank Central Asia (BBCA) di sektor perbankan, Panin Sekuritas (PANS) di sektor sekuritas dan Sri Rejeki Isman (SRIL) di sektor textile garment.

Baca : 5 Alasan Mengapa Pilih Saham Bluechip?

Beberapa cara untuk meningkatkan margin :

1. Meningkatkan harga jual

Ini adalah cara termudah untuk meningkatkan margin perusahaan. Misalnya harga jual produk Rp 110 dengan margin 10%, maka ketika harga naik menjadi Rp 120 secara otomatis margin yang diperoleh 20%. Peningkatan harga jual juga dapat memberikan peningkatan volume penjualan sehingga ini juga adalah salah satu strategi mencapai target.

Akan tetapi menaikkan harga jual memiliki resiko kehilangan penjualan ketika kompetitor tidak menaikkan harga serta produk yang dijual merupakan produk komoditas seperti batubara, karet, dan perkebunan. Namun jika produk yang dijual adalah produk dengan loyalitas brand yang tinggi, menaikkan harga jual bukanlah hal yang sulit seperti brand Unilever (UNVR), Sampoerna (HMSP), dan Gudang Garam (GGRM).

2. Mengurangi biaya

Jika harga jual tidak dapat naik, maka perusahaan dapat mempertimbangkan cara kedua ini. Pengurangan karyawan, pemangkasan bonus dan strategi efisiensi bisa menjadi cara untuk mengurangi biaya yang akhirnya dapat meningkatkan margin perusahaan.

3. Memperbesar volume penjualan

Ketika volume penjualan meningkat biasanya akan diikuti dengan turunnya biaya-biaya seperti karyawan semakin produktif, proses pengiriman barang dengan rute lebih banyak, dan hal-hal lainnya. Hal ini benar-benar terasa pada perusahaan manufaktur karena beberapa industri mengharuskan proses produksi 24 jam.

Baca : Investasi Emas dan Cara Menghitung Harga Emas secara Real

Comments

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?