Posts

Showing posts from April, 2017
HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Belajar dari Warren Buffett mengenai Bisnis Textile

Image
Berkshire Hathaway selama ini lebih terkenal sebagai holding company konglomerat yang beroperasi pada berbagai sektor industri seperti asuransi, makanan, koran, dan lainnya. Namun perusahaan yang dimiliki oleh Warren Buffett ini pada awalnya adalah perusahaan yang memulai bisnis pada sektor textile. Berkshire Hathaway adalah sebuah perusahaan merger dari Berkshire Fine Spinning Associates dengan Hathaway Manufacturing Company pada tahun 1955 yang keduanya juga merupakan perusahaan textile. Di tahun 1962, Warren Buffett mulai membeli saham perusahaan tersebut setelah melakukan valuasi bahwa harga saham masih berada di bawah nilai seharusnya. Pada tahun-tahun berikutnya Buffett terus membeli saham perusahaan hingga di tahun 1965 Buffett menjadi pemegang saham majority yang memegang kontrol penuh terhadap perusahaan. Pada tahun 1965, perusahaan mengalami kerugian USD 10 juta dan equity perusahaan turun menjadi setengah. Di tengah kesulitan ini, Buffett mengembangkan bisnis lainnya di

Melihat Prospek MDRN dengan Rumor Pembelian Lisensi Seven Eleven di Indonesia oleh Charoen Group

Image
Pada bulan Maret 2017 ini, kabar yang kurang mengenakkan datang mengenai saham dengan nama lengkap Modern Internasional. Dikabarkan Charoen Pokphand (CPIN) tertarik untuk membeli hak lisensi 7-Eleven yang saat ini dipegang oleh PT. Modern Sevel Indonesia (MSI) yang berada di bawah naungan Modern Group. Saham CPIN CPIN adalah perusahaan asal Thailand yang membuka cabang di Indonesia pada tahun 1972 dan memiliki bidang usaha utama di sektor peternakan ayam meliputi pakan ternak, pengolahan, dan peralatan ternak. Di Thailand sendiri Charoen Pokphand merupakan salah satu perusahaan konglomerat terbesar di dunia yang telah merambah banyak bisnis lainnya seperti hypermarket, convenience store, automobile dan kabel. Bahkan pemilik Charoen yaitu Dhanin Chearavanont dinobatkan sebagai orang terkaya kedua di Thailand. Saham CPIN di Indonesia memimpin pada sektor Animal Feed dengan kapitalisasi terbesar, di mana yang pesaing kedua yaitu JPFA hanya memiliki kapitalisasi market 1/3 dari

Lo Kheng Hong Beli Saham MBSS. Kenapa?

Image
Nama investor kawakan Lo Kheng Hong secara mengejutkan muncul pada laporan keuangan MBSS tahun 2016 pada tabel 20 pemegang saham terbesar. Emiten dengan nama lengkap Mitrabahtera Segara Sejati mencatatkan nama LKH sebagai pemegang saham ketiga terbesar setelah Indika Energy dan UBS Singapore. Padahal pada tahun 2015 nama LKH belum masuk sebagai pemegang saham terbesar, namun di 2016 namanya masuk dengan memegang saham sejumlah 48.024.700 lembar. Dengan harga saham MBSS pada tahun 2016 yang berkisar di antara 220-400 (rata-rata 300), maka LKH mengeluarkan dana kurang lebih 14 miliar (48.024.700 lembar x Rp 300) untuk membeli 2,74% kepemilikan perusahaan MBSS. Ini bukan suatu hal yang mengejutkan pasalnya LKH adalah salah satu investor terkaya di Indonesia, beliau juga memegang saham PTRO sebanyak 114.312.200 lembar. Dengan harga saham PTRO pada 14 April 2017 yang berada di Rp 1.400, maka dia memiliki kurang lebih 160 miliar pada 1 jenis saham itu saja. Baca :  Melihat Jejak

Right Issue, Untung atau Rugi?

Right Issue adalah salah satu cara bagi perusahaan publik untuk mendapatkan pendanaan dengan menerbitkan saham baru. Saham baru tersebut akan ditawarkan terlebih dahulu ke para pemegang saham lama disebut dengan HMETD / Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. HMETD bersifat optional sehingga para pemegang saham boleh memilih untuk membeli saham atau tidak. Sebagai contoh :  PT. ABC memiliki saham yang beredar 1.000 lembar dengan nilai Rp 1.000/lembar. Bapak D memiliki 200 lembar saham PT. ABC yang berarti kepemilikan bapak D pada PT. ABC adalah 20%. PT. ABC membutuhkan tambahan dana yang digunakan untuk ekspansi usahanya dengan menerbitkan saham baru sebanyak 500 lembar yang ditawarkan pada harga Rp 600/lembar. Rasio right issue pada PT ABC adalah 2 : 1 yang berarti setiap pemegang 2 saham lama akan mendapatkan hak untuk membeli 1 saham baru di harga Rp 600. Dari contoh di atas, bapak D memiliki 3 pilihan terhadap right issue :  1. Menggunakan hak dengan membeli saham baru Bapak D memiliki 2