Posts

Showing posts from September, 2020
HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

Jika melihat kinerja saham MICE dari rentang waktu 15 tahun di atas, banyak investor akan melihat pergerakan ini sebagai saham terkutuk. Harga saham sempat berada di range tertinggi Rp 1.000 setelah IPO tahun 2005, namun saham terjun bebas pada saat krisis ekonomi 2008-2009. Lalu saham hanya bergerak di range 250-500 dari tahun 2010 hingga 2020. Sesekali saham sempat naik tinggi hingga Rp 750, namun hal itu tidak bertahan lama dan kembali lagi. Walaupun begitu, dari grafik Yahoo Finance kita dapat melihat bahwa perseroan konsisten membagikan dividen hampir setiap tahun. Terkecuali di tahun 2016 saja dimana perusahaan tidak membagikan dividen. Baca Lebih Lanjut :  https://trakteer.id/darmawaninvest/showcase/perjalanan-sukarto-bujung-surono-subekti-di-saham-mice-VYaiH Detail Pembahasan : - Kinerja Saham - Kinerja Perusahaan - 3 Investor Kawakan dalam Saham MICE - Pandangan Penulis

Saham LUCK, The Next Amazon versi Jouska

Image
Dua bulan lalu jagat investasi tanah air diguncang dengan berita heboh beberapa nasabah Jouska yang mengalami kerugian. Nominal kerugian tiap nasabah berbeda-beda, namun yang menjadi kesamaan adalah kerugian ditengarai dari investasi di saham perusahaan IT yakni LUCK. Yang membuat lebih heboh lagi adalah statement pendiri Jouska (Aakar Abyasa Fidzuno) yang menyamakan LUCK dengan saham asal Amerika Amazon. Terlepas dari kasus mis-manage, usaha tidak berizin, dan acting sebagai bandar, penulis tertarik mengulik bagaimana kinerja perusahaan yang umurnya belum sampai 2 tahun di bursa saham Indonesia. Sentral Informatika Informatika (LUCK) Berdiri pada tahun 2008, perusahaan bergerak di bidang penyediaan produk elektronik dan jasa teknologi informasi. Pada November 2018, perseroan go public menawarkan 154,6 juta lembar saham dengan Phillip Sekuritas (KK) sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Dari daftar kepemilikan saham tahun 2019, diketahui bahwa ketiga nama pribadi di atas memegang pe

Lo Kheng Hong Masuk Saham CFIN

Image
Setelah kabar mengejutkan Lo Kheng Hong di saham BMTR, penulis secara kebetulan kembali menemukan nama investor kawakan LKH di laporan keuangan CFIN untuk periode tahun 2019. Nama beliau bertengger di daftar top 20 pemegang saham perusahaan yang dimiliki oleh Group Panin. Informasi ini tidak terlalu heboh karena kepemilikan LKH yang tidak mencapai 5%, bahkan ia pun hanya berada di peringkat 17 dengan kepemilikan 24,7 juta lembar atau setara 0,62%. Per tanggal 30 Desember 2019, tercatat aset LKH di emiten ini : Rp 290 x 24.760.600 = Rp 7,18 miliar. Nominal ini tentunya sangat kecil jika dibandingkan aset LKH di saham-saham seperti PTRO, MBSS, BMTR, dan lainnya. Baca Lebih Lanjut :  https://trakteer.id/darmawaninvest/showcase/lo-kheng-hong-masuk-saham-cfin-Iuxz8 Detail Pembahasan : - Perubahan kepemilikan saham - Valuasi perusahaan - Perbandingan dengan saham sektor yang sama - Rekomendasi investasi - Alasan entry saham CFIN

Lo Kheng Hong Masuk Saham BMTR

Image
source : CNBCIndonesia Di bulan Agustus 2020 lalu, kabar mengejutkan datang menghampiri perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo yaitu Global Mediacom (BMTR). Beredar beberapa foto investor kawakan Lo Kheng Hong bertemu dengan Hary Tanoe. Foto-foto tersebut pun diakhiri dengan kepemilikan LKH terhadap saham BMTR. Dari laporan di atas, diketahui LKH mengempit 942.184.700 lembar atau setara 6,14% saham BMTR. Dispekulasikan harga rata-rata pembelian adalah Rp 200/lembar, dimana LKH mengeluarkan dana investasi senilai Rp 188,43 miliar. Harga pembelian ini didapat dari private placement 700 juta saham baru dengan harga Rp 200/saham serta beberapa pembelian lainnya. Baca Lebih Lanjut :  https://trakteer.id/darmawaninvest/showcase/lo-kheng-hong-masuk-saham-bmtr-u8J4Q Detail Pembahasan : - Penyebab LKH masuk ke saham BMTR? - Kenapa LKH memilih BMTR dibandingkan saham group MNC lainnya? - Kinerja BMTR - Aksi private placement