HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Saham PADI Diborong, Siapakah Setiawan Ichlas?

Nama Setiawan Ichlas tiba-tiba menjadi buah bibir di bursa saham ketika memborong saham perusahaan Minna Padi Investama. Tercatat ada 2 kali aksi yang dilakukan oleh Setiawan di pasar negosiasi yaitu :
- 4 Agustus 2017 : 1,25 miliar lembar di harga Rp 350 = Rp 437,5 miliar
- 11 Agustus 2017 : 250 juta lembar di harga Rp 350 = Rp 87,5 miliar

Total 1,5 miliar lembar saham dengan nilai Rp 525 miliar berpindah tangah dan menempatkan nama Setiawan Ichlas menjadi pemegang saham pribadi terbesar dengan kepemilikan perusahaan sebesar 13,27%. Merujuk laporan keuangan tahun 2016, pemegang saham pribadi ada 2 orang yaitu Eveline Listijosuputro sebayak 1,3 miliar lembar atau 12,3% dan Henry Kurniawan Latief sebanyak 26 juta lembar atau 0,23%. Selain itu saham PADI dipegang oleh public sebanyak 80% dan PT Swakaryajaya sebanyak 6,9%.

Harga pembelian saham Rp 350/lembar menjadi hal yang mengejutkan mengingat harga saham PADI di bursa saham berkisar di harga Rp 1.100 - Rp 1.500. Dengan menggunakan harga Rp 1.100, maka nilai saham yang dimiliki menjadi Rp 1,65 triliun, sedangkan modal pembelian hanya Rp 525 miliar. Terdapat selisih hingga Rp 1,1 triliun antara nilai pembelian dengan nilai real perusahaan.

Beberapa media menanggapi hal ini dengan sangat berlebihan karena menganggap Setiawan telah mendapatkan keuntungan Rp 1,1 triliun hanya dalam waktu beberapa hari saja. Namun teori itu tidak sepenuhnya benar dan berjalan semudah itu. Apakah bisa keesokan harinya jumlah saham sebesar itu dijual dengan harga real saat ini? Sangat sedikit investor yang memiliki dana sebesar itu dan belum tentu investor tersebut mau membeli saham PADI.

Lalu Siapakah Setiawan Ichlas?
Sebenarnya tidak banyak berita mengenai investor kelas kakap ini. Dari data BEI menyebutkan beliau berdomisili di Jalan RHA Rozak, Kompleks Villa Evergreen F-6 No 12 Jakarta. Setiawan tercatat menjabat sebagai president commisioner di PT Gamma Omega Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara. PT Gamma memiliki kantor di Kuningan dengan area pertambangan yang berada di Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan.

Selain itu Setiawan juga tercatat sebagai komisaris dari PT SMART (Sahabat Mandiri Kesatria), perusahaan yang bergerak di bidang jasa security. PT SMART berdomisili sama dengan lokasi pertambangan Gamma yaitu Sumatra Selatan juga. Perlu diketahui bahwa 2 informasi pekerjaan ini penulis dapatkan dari hasil pencarian google sehingga ada kemungkinan bahwa data tersebut tidak tepat.

Informasi yang diperoleh dari beberapa media online menyebutkan bahwa Setiawan memulai usaha sewa organ tunggal sejak dari bangku sekolah. Seolah tidak pernah melihat ke belakang, Setiawan terus maju dengan merambah bisnis di berbagai bidang seperti transportasi, perkebunan, perdagangan, pertambangan dan jasa keuangan. Beliau pun turut serta dalam kepemilikan saham Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS) yang dulunya adalah Bank Pundi.

Minna Padi Investama Sekuritas (PADI)
Berdiri di tahun 1988 dengan nama PT Batavia Artatama Securindo, PADI memegang ijin usaha sebagai Perantara Perdagangan Efek dan Penjamin Emisi Efek. Selain itu perusahaan menyediakan perantara perdagangan efek melalui online trading dan beberapa jasa lainnya. Perusahaan mencatatkan saham di bursa efek sejak tahun 2012.

Sejak mencatatkan saham di BEI, harga saham PADI terus melambung dari level Rp 140 di tahun 2012 menjadi Rp 1.400 di September 2017 atau telah naik 1.000%. Melihat kenaikan ini, mungkin beberapa investor menduga bahwa ini adalah perusahaan yang bagus. Berikut kinerja saham PADI :

* dalam satuan miliar rupiah
Melihat dari ketiga grafik di atas, kita dapat memperoleh sedikit bayangan bahwa perusahaan sedang berada dalam kondisi kacau balau. Pendapatan usaha selalu turun hampir di setiap tahun dimulai dengan Rp 35 miliar tahun 2012 menjadi Rp 8 miliar di tahun 2016. Grafik Laba pun menunjukkan trend yang sama pula dengan penurunan setiap tahun ditutup dengan membukukan kerugian pada tahun 2016.

* dalam satuan miliar rupiah
Jumlah aset bergerak secara variatif dengan range sekitar Rp 400 - 500 miliar, liabilitas juga bergerak secara variatif dengan range sekitar Rp 25 - 100 miliar. Jumlah ekuitas hanya tumbuh di 1 periode saja yaitu tahun 2012 di angka Rp 350 miliar menjadi Rp 440 miliar. Setelah itu grafik ekuitas cenderung berjalan di tempat dari tahun 2013 ke 2016.

Jika melihat data terakhir di tahun 2016, perusahaan ini terbilang sangat menyedihkan dengan ekuitas Rp 445 miliar hanya dapat menghasilkan bisnis senilai Rp 8 miliar saja. Bahkan dengan memasukkan uang tersebut ke deposito berbunga 6%, perusahaan dapat menghasilkan Rp 21 miliar setelah pajak tanpa beban operasional dan tanpa resiko juga.

Perusahaan juga tercatat hanya pernah menbagikan dividen satu kali di tahun 2014 dengan nominal Rp 0,90 / lembar. Di lain sisi, perusahaan memberikan saham bonus di tahun 2013 dengan ratio 2 : 1 dan tahun 2014 dengan ratio 10 : 3. Selain itu perusahaan pernah melakukan stock split di tahun 2016 dengan ratio 1 : 4.

Baca : Stock Split, Stock Reverse dan Stock Buyback

Kesimpulan
Membandingkan pembelian 13,27% saham PADI senilai Rp 525 miliar oleh Setiawan Ichsan dengan ekuitas perusahaan yang hanya Rp 445 miliar, sudah jelas bahwa harga yang dibayar terlalu tinggi. Bisnis yang dijalankan perusahaan juga tergolong tidak dalam kondisi baik. Jika perusahaan memiliki rasio PBV = 1, maka Setiawan dapat membeli seluruh saham perusahaan dengan kembalian uang puluhan miliar rupiah.

Dengan nilai saham PADI saat ini menyentuh angka Rp 1.400, rasio PER = 357 dan rasio PBV = 35 tentu saja perusahaan sudah tergolong overvalued. Harga saham setinggi itu tentu hanya ditunjang oleh para trader jangka pendek yang melakukan jual beli berdasarkan rumor.

Baca : Analisa Saham Menggunakan PBV dan PSR

Akan tetapi untuk seseorang investor masuk dengan nominal sebesar itu, pastinya beliau telah memikirkan sisi lain bagimana menghasilkan uang dengan investasi ini. Apakah aksi korporasi perusahaan selanjutnya, apakah ada rencana akuisisi atau merger, dan hal-hal lainnya yang dapat memberikan keuntungan.

Mari kita lihat apakah ada aksi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat memberikan keuntungan?
Lalu apakah investasi Setiawan Ichlas termasuk good investment atau bad investment?

Baca : PANS Saham Group Panin Paling Cemerlang

Comments

  1. wah, jadi penasaran sama lanjutan ceritanya nih, kalau ada aksi muncul, pasti rame tuh jadinya

    ReplyDelete

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?