BSDE Tambah Kepemilikan Saham atas PLIN
Pada tanggal 25 Agustus 2017, Bursa Efek Indonesia menginformasikan telah terjadinya pembelian saham Plaza Indonesia Realty (PLIN) oleh Bumi Serpong Damai (BSDE). Pada transaksi ini, BSDE menambah 20 juta lembar saham di harga Rp 3.000 dengan menghabiskan dana Rp 60 miliar. Dengan begitu BSDE memiliki 1,35 miliar lembar saham atau setara 38,27% kepemilikan PLIN.
Hal ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru mengingat BSDE secara agresif terus melakukan pembelian saham PLIN. Dimulai dari tahun 2013, BSDE mengakuisisi 8,23% saham PLIN dan terus bertambah setiap tahunnya. Pembelian terbesar dilakukan sepanjang tahun 2014 yaitu dari kepemilikan 8,23% menjadi 34,2% atau meningkat 26%.
Berlawanan dengan aksi Sinarmas Group, MNC Group malah terus mengurangi kepemilikan saham PLIN dimulai dari tahun 2013 dengan kepemilikan sebanyak 25,3% menjadi 16,7% atau turun 8,6%. MNC Group memegang saham Plaza Indonesia melalui anak usahanya yaitu PT MNC Land (KPIG). Beberapa perusahaan go public lainnya yang berada di dalam struktur kepemilikan saham adalah PT Indonesian Paradise Property (INPP) dan PT MNC Investama (BHIT) melalui PT MNC Land (KPIG).
Berikut detail lengkap kepemilikan saham hingga akhir tahun 2016 :
Berikut detail lengkap kepemilikan saham hingga akhir tahun 2016 :
Bumi Serpong Damai (BSDE)
Berdiri tahun 1984, Bumi Serpong Damai menjelma menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 34,5 triliun di bulan September 2017. Nilai kapitalisasi sebesar ini pun menjadikan BSDE sebagai pemimpin saham di sektor properti. Lippo Karawaci (LPKR) yang notabene adalah perusahaan properti terbesar di Indonesia pun hanya dapat mencatatkan kapitalisasi Rp 17,1 triliun atau setengah dari BSDE dan berada di peringkat ke 5 di sektor properti.
Project utama dari BSDE adalah kota satelit yang berada di bagian barat Jakarta dengan produk kawasan industri, perkantoran, perumahan, apartemen, dan wisata. Selain itu, perusahaan juga memiliki Mal Epicentrum Walk, Roxy Mas, Mal Ambassador, superblock dengan brand ITC dan berbagai project lainnya yang tersebar baik di area Jabodetabek maupun di luar area tersebut.
Saat ini Muktar Widjaja yang adalah anak dari Eka Tjipta Widjaja menjabat sebagai President Komisioner perusahaan serta CEO dari Sinarmas Land Ltd (Singapore). Dengan berbagai perusahaan yang tergabung dalam group Sinarmas membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi orang terkaya nomor 3 di Indonesia tahun 2016 dengan harta USD 10,5 miliar atau Rp 140 triliun.
Walaupun saat ini kondisi pasar properti tidak begitu baik, BSDE masih dapat membukukan peningkatan pendapatan usaha dan jumlah ekuitas. Pendapatan usaha naik dari Rp 5,6 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 6,5 triliun di tahun 2016. Jumlah ekuitas juga naik dari Rp 18,4 triliun menjadi Rp 24,3 triliun. Namun sayangnya kenaikan 2 komponen tersebut tidak diikuti dengan laba bersih yang terus menciut dari Rp 3,8 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 1,7 triliun di tahun 2017.
Dari segi rasio ROE, ROA, Profit Margin dan Debt to Equity, perusahaan sekelas BSDE memiliki rasio yang berada di atas rata-rata perusahaan yang berada dalam sektor properti. BSDE juga termasuk perusahaan yang secara rutin membagikan dividen kepada para pemegang saham. Yang perlu diperhatikan adalah net income / laba bersih, seharusnya saat kondisi pasar properti membaik maka komponen tersebut ikut membaik.
Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI
Plaza Indonesia Realty (PLIN)
Didirikan tahun 1983, Plaza Indonesia fokus pada properti-properti di pusat kota Jakarta dengan target konsumen kelas menengah atas. Tercatat pendapatan utama perusahaan berasal dari 5 aset yaitu Plaza Indonesia Shopping Center, Grand Hyatt Jakarta, Keraton at The Plaza, fx Sudirman dan The Plaza Office Tower.
Berbeda dengan perusahaan induknya BSDE yang dipimpin oleh Muktar Widjaja, Plaza Indonesia dipimpin oleh Franky Oesman Widjaja yang menjabat sebagai komisaris utama perusahaan. Franky juga adalah anak dari Eka Tjipta Widjaja. Konsep bisnis Plaza Indonesia dan Bumi Serpong Damai terbilang berbeda jauh dimana BSDE lebih mengarah ke pembangunan secara terus menerus karena land bank yang dimiliki masih cukup besar. Sedangkan PLIN berfokus pada mengelola aset-aset yang sudah ada dengan sedikit pembangunan.
Dari segi pendapatan, EBITDA, dan rasio liabilitas terhadap ekuitas (DER) perusahaan terlihat sudah memasuki fase mature / matang dimana hanya ada sedikit pertumbuhan yang konsisten setiap tahun. Persentase pertumbuhan ini pun mungkin akan mirip dengan tingkat inflasi saja. PLIN juga memiliki rasio DER yang baik dengan angka rata-rata 0.9-1 dalam jangka waktu 5 tahun (2012-2016).
Sebagai perusahaan yang sudah berada dalam fase mature, PLIN juga secara rutin membagikan dividen setiap tahun. Hal yang disayangkan dari saham ini adalah volume perdagangan yang kecil sehingga membuat saham tidak liquid. Untuk investor retail, saham ini tidak cocok untuk keperluan trading maupun investasi.
Kesimpulan
Dari 2 saham tersebut, saham BSDE masih menyisakan banyak ruang untuk pertumbuhan yang mana akan berimbas pada kenaikan harga saham pula. Sedangkan PLIN lebih cocok untuk investor yang bersifat defensif dimana tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh perseroan. Walaupun begitu, volume saham yang tidak liquid sangat berbahaya karena harga saham dapat dikontrol dengan mudah oleh pihak tertentu.
Pembelian saham PLIN oleh Sinarmas Group melalui BSDE bisa menjadi salah satu cara untuk diversfikasi resiko dimana kinerja saham PLIN menawarkan konsistensi di dalamnya. Serupa dengan Sinarmas Group, Djarum Group juga memiliki properti di pusat kota Jakarta yaitu Grand Indonesia yang berdiri tepat di sebelah Plaza Indonesia.
Project utama dari BSDE adalah kota satelit yang berada di bagian barat Jakarta dengan produk kawasan industri, perkantoran, perumahan, apartemen, dan wisata. Selain itu, perusahaan juga memiliki Mal Epicentrum Walk, Roxy Mas, Mal Ambassador, superblock dengan brand ITC dan berbagai project lainnya yang tersebar baik di area Jabodetabek maupun di luar area tersebut.
Saat ini Muktar Widjaja yang adalah anak dari Eka Tjipta Widjaja menjabat sebagai President Komisioner perusahaan serta CEO dari Sinarmas Land Ltd (Singapore). Dengan berbagai perusahaan yang tergabung dalam group Sinarmas membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi orang terkaya nomor 3 di Indonesia tahun 2016 dengan harta USD 10,5 miliar atau Rp 140 triliun.
Walaupun saat ini kondisi pasar properti tidak begitu baik, BSDE masih dapat membukukan peningkatan pendapatan usaha dan jumlah ekuitas. Pendapatan usaha naik dari Rp 5,6 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 6,5 triliun di tahun 2016. Jumlah ekuitas juga naik dari Rp 18,4 triliun menjadi Rp 24,3 triliun. Namun sayangnya kenaikan 2 komponen tersebut tidak diikuti dengan laba bersih yang terus menciut dari Rp 3,8 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 1,7 triliun di tahun 2017.
Dari segi rasio ROE, ROA, Profit Margin dan Debt to Equity, perusahaan sekelas BSDE memiliki rasio yang berada di atas rata-rata perusahaan yang berada dalam sektor properti. BSDE juga termasuk perusahaan yang secara rutin membagikan dividen kepada para pemegang saham. Yang perlu diperhatikan adalah net income / laba bersih, seharusnya saat kondisi pasar properti membaik maka komponen tersebut ikut membaik.
Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI
Plaza Indonesia Realty (PLIN)
Didirikan tahun 1983, Plaza Indonesia fokus pada properti-properti di pusat kota Jakarta dengan target konsumen kelas menengah atas. Tercatat pendapatan utama perusahaan berasal dari 5 aset yaitu Plaza Indonesia Shopping Center, Grand Hyatt Jakarta, Keraton at The Plaza, fx Sudirman dan The Plaza Office Tower.
Berbeda dengan perusahaan induknya BSDE yang dipimpin oleh Muktar Widjaja, Plaza Indonesia dipimpin oleh Franky Oesman Widjaja yang menjabat sebagai komisaris utama perusahaan. Franky juga adalah anak dari Eka Tjipta Widjaja. Konsep bisnis Plaza Indonesia dan Bumi Serpong Damai terbilang berbeda jauh dimana BSDE lebih mengarah ke pembangunan secara terus menerus karena land bank yang dimiliki masih cukup besar. Sedangkan PLIN berfokus pada mengelola aset-aset yang sudah ada dengan sedikit pembangunan.
Dari segi pendapatan, EBITDA, dan rasio liabilitas terhadap ekuitas (DER) perusahaan terlihat sudah memasuki fase mature / matang dimana hanya ada sedikit pertumbuhan yang konsisten setiap tahun. Persentase pertumbuhan ini pun mungkin akan mirip dengan tingkat inflasi saja. PLIN juga memiliki rasio DER yang baik dengan angka rata-rata 0.9-1 dalam jangka waktu 5 tahun (2012-2016).
Sebagai perusahaan yang sudah berada dalam fase mature, PLIN juga secara rutin membagikan dividen setiap tahun. Hal yang disayangkan dari saham ini adalah volume perdagangan yang kecil sehingga membuat saham tidak liquid. Untuk investor retail, saham ini tidak cocok untuk keperluan trading maupun investasi.
Kesimpulan
Dari 2 saham tersebut, saham BSDE masih menyisakan banyak ruang untuk pertumbuhan yang mana akan berimbas pada kenaikan harga saham pula. Sedangkan PLIN lebih cocok untuk investor yang bersifat defensif dimana tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh perseroan. Walaupun begitu, volume saham yang tidak liquid sangat berbahaya karena harga saham dapat dikontrol dengan mudah oleh pihak tertentu.
Pembelian saham PLIN oleh Sinarmas Group melalui BSDE bisa menjadi salah satu cara untuk diversfikasi resiko dimana kinerja saham PLIN menawarkan konsistensi di dalamnya. Serupa dengan Sinarmas Group, Djarum Group juga memiliki properti di pusat kota Jakarta yaitu Grand Indonesia yang berdiri tepat di sebelah Plaza Indonesia.
Comments
Post a Comment