HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Melihat Jejak Lo Kheng Hong di Saham PTRO

Masuknya Lo Kheng Hong sebagai investor di saham PTRO mungkin sudah diketahui oleh banyak orang dalam beberapa tahun belakang ini. Hal ini dikarenakan jumlah saham yang dipegang oleh LKH terbilang cukup besar sehingga masuk ke dalam daftar kepemilikan saham di atas 5%. Ini memancing banyak investor untuk meneliti prospek dari saham dengan nama lengkap Petrosea.

Informasi lengkap mengenai saham PTRO beserta dengan sejarah, kinerja, dan dividen sudah pernah ditulis di artikel sebelumnya yaitu Saham PTRO dan Kontrak Maruwai 1,2 Triliun

Jejak Investasi Lo Kheng Hong
Dari beberapa media disebutkan bahwa LKH memegang lebih dari 20 jenis saham dari berbagai sektor dan industri. Namun hanya sedikit saham yang berhasil dideteksi sebagai milik LKH karena tentunya kapitalisasi setiap perusahaan berbeda-beda. Ketika investasi dilakukan di perusahaan yang tidak terlalu besar, maka nama LKH baru bisa terlihat.

Hingga saat ini baru 3 perusahaan yang pernah tercatat memiliki nama Lo Kheng Hong di dalam daftar pemegang saham yaitu : Multibreeder Adirama (MBAI), Petrosea (PTRO) dan Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS). Berikut data kepemilikan saham berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan : 

Namun dari ketiga perusahaan tersebut, saham MBAI sudah berstatus delisting karena telah diakuisisi oleh Japfa Comfeed Indonesia (JPFA). Lo Kheng Hong juga sudah melepas saham tersebut ketika isu akuisisi sedang berhembus kencang dan mendapat untung luar biasa besar dari saham tersebut. Dari sinilah nama LKH benar-benar menjadi terkenal di bursa saham Indonesia.

Ada hal unik dengan kepemilikan saham LKH di emiten PTRO dan MBSS yaitu adanya beberapa nama sama yang muncul pada 20 pemegang saham terbesar. Pertama adalah Haiyanto dengan kepemilikan 18 juta lembar saham PTRO (LK 2015) dan 29 juta lembar saham MBSS (LK 2016). Nama Haiyanto sebenarnya bukanlah nama asing di bursa saham, karena beliau juga banyak memegang saham di beberapa emiten lainnya.

Yang kedua adalah nama Kardinata Aliwarga yang tercatat memegang 2,3 juta lembar saham PTRO (LK 2015) dan 4,1 juta lembar saham MBSS (LK 2016). Dari informasi yang ada di internet, Kardinata Aliwarga adalah direktur dari PT. Bali Asri Nusa yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan atau jasa sablon. Apakah 2 nama ini hanya suatu kebetulan atau bisa jadi memang mereka adalah teman-teman Lo Kheng Hong?

Baca : Lo Kheng Hong Beli Saham MBSS, Kenapa?

Investasi di Petrosea (PTRO)
Data mengenai harga saham dan nilai pembelian yang disajikan di atas bukanlah data real dan benar yang diperoleh langsung dari LKH. Penulis memperkirakan harga saham tersebut berdasarkan harga rata-rata yang berjalan di tahun tersebut, oleh karena itu nilai pembelian juga belum tentu benar. Karena bisa saja LKH membeli di atas harga tersebut atau di bawah harga tersebut, dan mengingat jumlah saham yang begitu besar bisa saja pembelian dilakukan bukan di pasar reguler melainkan pasar negosiasi.

Setidaknya jumlah saham yang diakumulasi sudah sesuai dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Data tersebut menunjukkan bahwa LKH tidak masuk pada kondisi harga saham terendah yaitu di akhir tahun 2015 ketika harga saham di level Rp 300. Tahun 2013 menjadi tahun dimana LKH membeli saham dengan jumlah terbesar yaitu 79 juta lembar saham dengan nilai Rp 103 miliar.

Tahun 2014 pun LKH masih cukup optimis dengan menambah 23 juta lembar saham senilai Rp 27 miliar. Di tahun 2015 hingga 2017, jumlah saham yang dibeli semakin mengecil yaitu 3,9 juta, 8,4 juta dan 2,6 juta lembar. Total pembelian LKH ditaksir mencapai Rp 141 miliar dengan jumlah saham sebanyak 117 juta lembar dan persentase kepemilikan 11,70%.

Fluktuasi Saham PTRO
Melihat fluktuasi saham PTRO beserta nilai investasi yang dipegang LKH sebenarnya cukup membuat spot jantung bagi yang tidak terbiasa berinvestasi di bursa saham. Dimulai dari tahun 2013 investasi 79 juta lembar saham dengan nilai Rp 93 miliar lalu menambah 23 juta lembar di tahun 2014 tidak memberi banyak perubahan, hanya naik Rp 2 miliar saja menjadi Rp 95 miliar.

Penurunan paling drastis terjadi di tahun 2015 yang menyisakan hanya sepertiga nilai investasi atau turun lebih dari 60% menjadi Rp 31 miliar. Di tahun 2016, harga saham naik ke Rp 720 namun masih tidak bisa mencapai harga di akhir tahun 2013 dan 2014. Di akhir tahun 2017, secara teori investasi LKH di anak usaha Indika Energy (INDY) bernilai Rp 195 miliar dengan kepemilikan 11,70%.

Fluktuasi saham ini mengajarkan kita bahwa bahkan investor sekelas Lo Kheng Hong tidak dapat menebak arah harga saham. Bukan berarti ketika LKH masuk ke suatu saham lalu harga saham tersebut akan langsung naik. Diperlukan kesabaran untuk menunggu hingga saham tersebut kembali ke harga normalnya.

Yang dapat dilakukan oleh LKH hanyalah sebatas analisa fundamental dengan mencari saham yang salah harga tapi memiliki kualitas yang bagus. Masalah saham tersebut naik atau turun setelah dibeli sudah di luar kemampuan para investor. Jika harga turun dan kita tetap yakin, maka hal yang dapat dilakukan hanyalah menunggu. Jika sudah tidak yakin maka segera lakukan cut loss untuk memangkas kerugian.

Baca : Analisa Delisting Saham BRAU dan TKGA

Comments

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?