Apa Sektor Saham yang Paling Tahan Terhadap Krisis?
Setiap sektor tersebut pun memiliki kondisi bisnis yang berbeda-beda sehingga menghasilkan ROE, ROA, dan margin yang berbeda pula. Kita sebagai investor yang berinvestasi di bursa saham dapat memanfaatkan sektor dan industri yang beragam ini untuk melakukan strategi diversifikasi portofolio.
Kita juga perlu memperhatikan setiap sektor pun pasti memiliki saham yang masuk dalam kategori bluechip dan kategori losser. Kategori bluechip umunya hanya berjumlah sedikit dibandingkan saham yang ada di kategori losser. Namun sebelum masuk lebih lanjut tentunya kita harus memahami karakteristik dari berbagai sektor dan industri tersebut.
Sektor Agriculture
Walaupun sebenarnya sektor ini memiliki 6 kategori industri, tapi nyatanya hanya 1 industri yang cukup aktif dengan beragam pilihan saham yaitu pada industri Plantation. Industri ini umumnya bergelut pada bidang agribisnis dengan komoditas utama kelapa sawit.
Meskipun sektor ini bergelut pada produk komoditas, namun fungsi produk yang peruntukannya ke makanan membuat harga komoditas di sektor ini cenderung lebih stabil. Saham yang termasuk kategori bluechip di sektor agriculture adalah Astra Agro Lestari (AALI).
Baca : Mencari Peluang di Saham Sektor Komoditas
Sektor Finance
Sektor finance terbagi menjadi 4 industri yang utama yaitu : Bank, Financial Institution / Lembaga Pembiayaan, Asuransi dan Sekuritas. Sektor Finance pada umumnya memiliki rasio profit margin yang tinggi, namun ROA yang sangat rendah khusus pada industri Bank.
Saham yang termasuk kategori bluechip di industri Bank adalah Bank Central Asia (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Di industri Financial Institution, saham bluechip dihuni oleh Adira Multi Finance (ADMF). Dan di industri Securities ada Panin Sekuritas (PANS).
Baca : Menakar Prospek Saham Bank BUKU IV
Sektor Misc. Industry / Industri Lain-Lain
Misc. industry meliputi produk-produk pelengkap dengan industri aktif yaitu Automotive, Cable, Footwear, dan Textile. Sektor ini umumnya bersifat padat modal dimana setiap perusahaan harus berinvestasi secara terus menerus untuk keperluan mesin dan pabrik.
Selain padat modal, pada industri Footwear dan Textile juga termasuk padat karya yang membutuhkan banyak karyawan. Saham di industri Textile pun rata-rata membukukan kinerja yang cukup parah dengan ROE, ROA dan profit margin yang rendah. Hanya 1 saham yang dapat dikategorikan saham bluechip di sektor ini yaitu Astra International (ASII).
Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI
Sektor Basic Industry and Chemicals
Basic industri terbagi menjadi beberapa industri yaitu Animal Feed / Pakan Ternak, Cement, Ceramics Glass, Chemicals, Metal and Allied Products, Plastic, Pulp Paper, dan Wood. Untuk industri Animal Feed dan Cement didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar yang sudah memiliki banyak pengalaman.
Pulp Paper merupakan salah satu industri yang produknya sangat komoditas sehingga kinerja perusahaan dalam hal ROE, ROA dan profit margin sangat tertekan. Saham yang masuk kategori bluechip di sektor ini adalah Charoen Pokphand (CPIN), Japfa Comfeed (JPFA), Indocement (INTP), Semen Gresik (SMGR) dan Surya Toto Indonesia (TOTO).
Sektor Infrastructure, Utilities and Transportation
Terbagi menjadi 5 industri : Energy, Non Building Construction, Telecommunication, Toll Road, dan Transportation. Industri yang cukup membebani sektor ini adalah Transportation dikarenakan harga merupakan komponen paling penting sehingga banyak perusahaan di industri ini berkinerja buruk.
Industri yang mencatatkan profit margin sangat tinggi adalah Telecommunication dan Toll Road karena perusahaan bergerak di bidang jasa. Kategori Bluechip dihuni oleh Perusahaan Gas Negara (PGAS), Sarana Menara Nusantara (TOWR), Tower Bersama Infrastructure (TBIG), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan Jasa Marga (JSMR).
Sektor Property, Real Estate and Building Construction
Sektor ini terbagi menjadi 2 industri : Property and Real Estate dan Building Construction. Di industri Property umumnya gross margin yang diperoleh terbilang tinggi berkisar di angka 50%, hal ini bertujuan untuk mengimbangi resiko bangunan yang tidak terjual. Dan di Building Construction kebanyakan diisi oleh perusahaan plat merah seperti Adhi Karya, Wijaya Karya, Waskita Karya dan lain-lain.
Sektor Consumer Goods
Adalah sektor yang berhubungan dengan produk konsumsi oleh masyarakat. Memiliki industri Cosmetic, Food Beverages, Houseware, Pharmaceuticals, dan Tobacco. Sektor ini merupakan penyumbang paling banyak saham bluechip karena memiliki brand yang dikenal secara luas oleh konsumen sehingga harga produk bukanlah suatu komponen yang utama.
Tercatat 11 saham yang dikategorikan sebagai bluechip yaitu Unilever Indonesia (UNVR), Multi Bintang Indonesia (MLBI), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Indofood Sukses Makmur (INDF), Nippon Indosari Corpindo (ROTI), Mayora Indah (MYOR), Ultrajaya Milk Industry (ULTJ), Kalbe Farma (KLBF), Kimia Farma (KAEF), HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM).
Sektor Mining
Serupa dengan sektor Agriculture yang produknya bersifat komoditas, sektor ini benar-benar mengandalkan harga komoditas. Perbedaannya mining digunakan untuk sektor industri sedangkan agriculture digunakan untuk sektor pangan. Hal ini membuat sektor mining memiliki kinerja yang sangat berfluktuasi mengikuti harga komoditas. Memiliki 4 industri : Coal / Batubara, Crude Petroleum & Natural Gas, Land / Stone Quarrying, dan Metal & Mineral Mining.
Sektor Trade
Terbagi menjadi 8 industri : Adevertising, Computer, Health Care, Investment Company, Retail Trade, Tourism Restaurant Hotel, Wholesale dan Others. Sektor ini menampung industri-industri yang tidak masuk di sektor lainnya. Beberapa saham yang termasuk kategori bluechip adalah Media Nusantara Citra (MNCN), Surya Citra Media (SCMA), Ace Hardware (ACES), Fastfood Indonesia (FAST) dan United Tractors (UNTR).
Baca : 5 Alasan Mengapa Pilih Saham Bluechip?
LALU SEKTOR APA YANG PALING TAHAN TERHADAP KRISIS?
Data IHSG 10 tahun ke belakang menunjukkan bahwa bursa saham Indonesia mengalami 2 koreksi saham yang besar yaitu di tahun 2008 dengan penurunan 48% dan di tahun 2015 dengan penurunan 13%. Terlepas dari apa penyebab penurunan ini, kita akan melihat sektor mana yang membukukan penurunan paling sedikit di 2 tahun tersebut.
Berdasarkan data yang tersaji, sektor Consumer Goods dan Finance menjadi sektor yang paling tangguh ketika terjadi koreksi di bursa saham. Consumer Goods hanya membukukan penurunan 25% di tahun 2008 dan 5% di tahun 2015. Diikuti oleh Finance yang membukukan penurunan 32% di tahun 2008 dan 6% di tahun 2015. Hal ini jauh lebih baik ketimbang penurunan IHSG yang mencapai 48% di tahun 2008 dan 13% di tahun 2015.
Di lain pihak, sektor Mining dan Agriculture menjadi sektor yang paling berdarah ketika terjadi koreksi di bursa. Mining mengalami penurunan hingga 73% di tahun 2008 dan 40% di tahun 2015. Disusul oleh Agriculture yang turun hingga 66% di tahun 2008 dan 26% di tahun 2015. Tentunya penurunan 2 sektor ini lebih parah dibandingkan turunnya IHSG.
Baca : Mengapa Saham Undervalued Terus Turun?
Data-data tersebut dapat memberikan panduan bagi para investor untuk menentukan profil resiko dari setiap saham di suatu sektor. Walaupun penurunan setiap saham berbeda-beda, namun kita bisa mengetahui kondisi sektor secara umum. Ini juga dapat memberikan panduan untuk diversifikasi portofolio saham yang kita miliki.
Comments
Post a Comment