HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Menakar Prospek Saham Bank BUKU IV

Saat ini bank-bank yang ada di Indonesia terbagi menjadi 4 kelompok yang dikenal dengan nama Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha atau disingkat BUKU. Pengelompokkan ini berlaku kepada semua jenis bank umum, syariah maupun unit usaha syariah. Salah satunya adalah kategori Bank BUKU IV yang diberikan kepada bank dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp 30 triliun.

Adapun beberapa keuntungan yang dimiliki oleh Bank BUKU IV adalah layanan keuangan digital, permodalan yang kuat, serta kemampuan untuk berkompetisi dengan bank besar dari luar negri. Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank CIMB Niaga (BNGA) adalah 5 bank yang saat ini menghuni kategori tersebut.

Baca : 5 Alasan Mengapa Pilih Saham Bluechip?

Dari kelima bank ini, tiga di antaranya adalah bank milik pemerintah yaitu BMRI, BBRI dan BBNI. Sedangkan dua sisanya adalah bank milik swasta yaitu BBCA dan BNGA. Bank CIMB Niaga (BNGA) sendiri adalah penghuni baru untuk kategori ini, sedangkan bank lainnya sudah lama berada di kategori BUKU IV. Dalam waktu dekat Bank Danamon (BDMN) pun akan segera menyusul jika proses akuisisi oleh MUFG telah selesai.

Kinerja Tahun 2017
* sales, net income dan equity dalam satuan triliun rupiah
Kinerja usaha bank di kategori ini pun sebenarnya tidak perlu diragukan lagi karena semuannya berada di level sangat baik atau minimal baik. BBRI menjadi pemuncak dari sisi sales dan net income dengan nilai penjualan Rp 102,9 triliun yang menghasilkan laba bersih Rp 28,9 triliun. Posisi ekuitas terbesar pun juga menjadi milik BBRI dan BMRI, dimana keduanya memiliki ekuitas Rp 166 triliun.

Namun dari rasio keuntungan, BBCA adalah pemimpin dengan perolehan ROE 17,8% dan ROA 3,1%. Walaupun BBNI tidak memiliki posisi terbaik, tapi secara keseluruhan kinerja bank plat merah ini tergolong baik. Bank CIMB bisa dibilang berada di posisi buncit untuk seluruh komponen di atas, dan rasio ROE perusahaan juga tergolong rendah dengan perolehan di bawah 10%.

Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

Selain itu, Bank Central Asia (BBCA) menjadi saham dengan market capitalization terbesar baik di industri perbankan maupun di semua sektor dengan angka di atas Rp 500 triliiun. Lalu diikuti oleh BBRI di atas Rp 400 triliun, BMRI di atas Rp 300 triliun dan BBNI di atas Rp 100 triliun pada industri perbankan. Diakhiri dengan BNGA dengan angka sekitar Rp 30 triliun, bahkan market cap. saham ini kalah dengan Bank Danamon (BDMN) dan Bank Tabungan Negara (BBTN).

Dividen Periode 6 Tahun (2012 - 2017)
* dividend yield (pendapatan dividen) = nilai dividen / harga saham
Salah satu keuntungan memiliki saham Bank BUKU IV bagi investor adalah pembagian dividen yang rutin dilakukan setiap tahun. Rata-rata dividen terbesar dibagikan oleh BBRI sebanyak 2,58%, lalu disusul oleh BBNI 2,41%, BMRI 2,07% dan BBCA 1,07%. BNGA merupakan satu-satunya bank kategori BUKU IV yang tidak membagikan dividen selama 6 tahun terakhir, adapun dividen terakhir yang dibagikan oleh BNGA adalah tahun 2011.

Baca : Ulasan Lengkap Dividen

Valuasi Saham Bank BUKU IV
Umumnya ada 3 ratio yang digunakan untuk memvaluasi apakah suatu saham dikategorikan sebagai overvalued atau undervalued yaitu PER, PBV dan PSR. Data menunjukkan bahwa BBCA adalah saham dengan rasio paling tinggi, sedangkan BNGA menjadi saham dengan ratio paling rendah untuk ketiga komponen tersebut. BBCA memiliki PER = 23.2, PBV = 4.1, dan PSR = 10.1, di lain sisi BNGA memiliki PER = 11.3, PBV = 0.9, dan PSR = 1.9.
Jika kita perhatikan 3 tabel di atas, maka semua angka tersebut saling berhubungan dan menuju pada kesimpulan : 
Bank Central Asia (BBCA)
Bank swasta milik Djarum Group ini adalah bank dengan tingkat pengembalian investasi tertinggi terlihat dari rasio ROE dan ROA. Hal ini membuat valuasi sahamnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank lainnya. Salah satu penyebab dividen BBCA lebih kecil daripada rata-rata adalah karena harga saham yang cukup tinggi (valuasi tinggi) membuat persentase pendapatan dividen menyusut.

Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Negara Indonesia (BBNI)
Ketiga bank plat merah ini berada di tengah-tengah antara BBCA dan BNGA dengan tingkat pengembalian dan valuasi saham yang berada di level menengah. Valuasi yang tidak terlalu tinggi pun bermanfaat sehingga membuat pendapatan dividen yang diterima lebih tinggi dari BBCA.

Bank CIMB Niaga (BNGA)
Merupakan bank dengan kinerja di bawah rata-rata bank kategori BUKU IV dan tidak adanya dividen membuat valuasi saham Bank CIMB menjadi yang termurah. Walaupun valuasi sahamnya rendah, dibandingkan bank BUKU IV lainnya, namun investor harus mempertimbangkan aspek dividen serta rasio ROE dan ROA yang rendah pula.

Kesimpulan
Dari kelima saham yang terdapat pada BUKU IV, tidak ada satupun saham yang memenuhi semua komponen baik tingkat pengembalian, dividen maupun valuasi. Sehingga kita sebagai investor harus memilih mana yang menjadi tujuan utama kita dalam berinvestasi. Dan yang perlu diingat bahwa bukan berarti saham yang memiliki valuasi tinggi tidak bisa naik lagi, dan juga sebaliknya.

Baca : Apakah Penyebab Harga Saham Naik?

Comments

  1. artikelnya belain BCA banget yah hehehe..
    yah aku sih jagoin BBRI.. saham nya di harga terjangkau.. dan potensi kedepan.. sebagai BUMN lebih aman.. karena dukungan pemerintah kuat.. ditambah asset terbesar dan jaringan bisnis terluas di seluruh indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya bersifat netral saja pak karena tidak ada posisi juga di BBCA. Namun melihat kinerja perusahaan, memang BBCA masih yang terbaik di industri perbankan ini.
      BBRI juga oke dari segi sales dan equity terbesar, serta dividend yield nya juga paling bagus diantara kelima saham ini.

      Delete
  2. BNGA bagi dividen kok buat taun 2017, 2018

    ReplyDelete
    Replies
    1. baru nyadar artikel ny taun 2018.. kok bisa dapet email post baru

      Delete

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Meneliti Pendapat Lo Kheng Hong Mengenai Saham BUMI

    Apakah Saham Group Panin Layak untuk Disimpan?

    Investasi Emas dan Cara Menghitung Harga Emas secara Real

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Lo Kheng Hong Beli Saham MBSS. Kenapa?

    Mungkinkah Lo Kheng Hong Berinvestasi di Saham DILD?

    Lo Kheng Hong Kembali Investasi Saham PNLF

    PNIN : Saham yang Selalu Undervalued

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Portofolio Saham Haiyanto