HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Melihat Peluang di Saham Sektor Komoditas

Dalam bahasa ekonomi, komoditas memiliki pengertian barang atau jasa yang diperdagangkan. Produk komoditas pun lebih sering berbentuk bahan baku atau barang setengah jadi seperti produk pertanian, logam, dan bahan-bahan alam lainnya. Oleh karena itu, hampir setiap produk komoditas  di market diperlakukan sama tanpa melihat siapa yang memproduksinya.

Harga produk komoditas hanya tergantung pada fungsinya serta sangat dipengaruhi oleh hukum supply and demand (penawaran dan permintaan). Ketika permintaan barang meningkat tanpa diikuti dengan persediaan, maka harga komoditas cenderung akan naik. Ketika penawaran barang meningkat tanpa diikuti dengan permintaan, maka harga komoditas cenderung akan turun.

Dari penjelasan tersebut, bisnis komoditas pun memiliki beberapa karakteristik yaitu :
1. Price Sensitive
Berbicara mengenai produk komoditas, hampir semua customer berfokus pada segi harga dan hanya menaruh sedikit perhatian terhadap kualitas. Layaknya kita membeli telur di pasar, tentunya kita tidak terlalu peduli apakah toko A atau toko B, yang terpenting adalah harga. Oleh karena itu, konsumen juga dengan mudah akan pindah ke supplier lain jika harga yang ditawarkan lebih rendah.

2. Margin keuntungan yang rendah
Ketika suatu produk hanya berfokus pada harga, maka dipastikan margin keuntungan yang diterima akan rendah pula. Hal ini membuat perusahaan yang berada di sektor komoditas tidak memiliki competitive advantage sebagai pembeda dengan perusahaan lainnya. Sehingga ketika harga komoditas turun, maka banyak perusahaan akan mengalami kerugian atau bahkan sampai harus tutup.

Baca : Gross Margin, Pretax Margin dan Net Profit Margin

3. Membutuhkan volume penjualan yang besar
Margin keuntungan yang rendah harus diimbangi dengan volume penjualan yang besar agar setidaknya bisa menutup biaya operasional perusahaan. Hal ini membuat banyak perusahaan kecil yang bermain di sektor komoditas gugur saat berkompetisi atau diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.

Walaupun 3 karakteristik ini terbilang kurang baik, namun bukan berarti saham-saham di sektor komoditas tidak memiliki peluang bagi investor untuk memperoleh keuntungan. Saat ini di bursa saham Indonesia ada beberapa sektor yang dapat dikategorikan memiliki produk komoditas yaitu :
- Agriculture : Plantation
Sektor perkebunan di Indonesia saat ini lebih berfokus pada perkebunan kelapa sawit. Di dalam sektor ini, banyak konglomerat yang berkompetisi seperti Astra Group, Sampoerna, Sinarmas Group, Salim Group, Rajawali Group, Saratoga (Sandiaga Uno & Edwin Soeryadjaya). Saat ini sektor perkebunan sedang mengalami perlambatan dengan mencatatkan kinerja negatif sepanjang tahun 2017.

- Misc. Industry : Textile, Garment
Ini merupakan salah satu sektor industri yang berada pada kategori sunset industry, dimana industri ini sudah tidak menarik lagi bagi para investor karena beratnya persaingan, modal besar, dan perlunya tenaga kerja yang banyak. Perusahaan yang ada di dalam sekor ini rata-rata mencatatkan kinerja yang buruk.

Baca : SRIL, Saham Textile Garment Terbaik

- Mining : Coal, Gas, and Metal
Batubara, gas dan logam akan selalu dibutuhkan sebagai bahan baku untuk setiap industri. Oleh karena itu, keberlangsungan sektor ini akan terus ada selama belum ada teknologi revolusioner yang benar-benar dapat mengantikannya. Harga produk di sektor ini pun sangat bergantung dengan kondisi market secara internasional.

- Basic Industry : Cement, Metal Allied Products, Plastic Packaging, Pulp Paper
Di antara 4 industri dalam sektor basic industry, cement adalah industri terbaik dengan margin yang masih terjaga dan terus bertumbuh dengan adanya pembangunan. Plastic Packaging menjadi industri yang saham perusahaannya rata-rata mencatatkan kinerja kurang baik. Metal Allied Products dan Pulp Paper berada di tengah-tengah antara cement dan plastic packaging.

- Infrastructure : Transportation
Berbeda dengan industri-industri yang dibahas sebelumnya, industri transportasi lebih mengarah pada bidang jasa dengan produk utamanya adalah pengangkutan. Industri ini memiliki tingkat kompetisi yang berat dimana sedikit faktor pembeda antara setiap perusahaan. Umumnya saham di industri ini terbagi menjadi 2 yaitu angkutan darat dan laut.

Dari kelima sektor di atas, yang benar-benar dapat merepresentasikan produk komoditas adalah Agriculture dan Mining karena di dalam sektor tersebut semua industrinya berbasis produk komoditas. Sedangkan Misc. Industry, Basic Industry dan Infrastructure masih menyimpan beberapa industri non-commodity di dalamnya.

Melihat pembahasan artikel sebelumnya : Apa Sektor Saham yang Paling Tahan Terhadap Krisis?
Kita dapat mengetahui bahwa sektor Agriculture dan Mining selalu menjadi sektor yang mengalami penurunan paling dalam ketika terjadi krisis. Pada krisis bursa saham tahun 2008 dan 2015, kedua sektor ini pun selalu memperoleh posisi puncak saham-saham berkinerja terburuk. Mari kita lihat apakah setelah krisis kedua sektor tersebut dapat menjadi pencetak keuntungan tertinggi.

Setelah krisis di tahun 2008, dalam rentang waktu 2 tahun dari 2009 ke 2011 merupakan saat dimana banyak saham kembali mencetak keuntungan. Misc. Industry dan Mining menjadi sektor yang paling besar mencetak keuntungan bagi investor dengan Misc. Industry sebanyak 351% dan Mining 261%. Sedangkan dalam rentang waktu tahun 2016 ke 2017, sektor Mining dan Finance mencetak keuntungan paling besar dengan masing-masing 96% dan 66%.

Data berikut memberikan kita masukan bahwa walaupun dengan beberapa karakteristik usaha yang kurang baik, sektor komoditas seperti Mining layak dipertimbangkan untuk mendulang keuntungan. Namun di sektor Agriculture bukannya tidak memberikan keuntungan, tapi harga komoditas yang stagnan membuat harga saham di sektor ini terus tertekan hingga saat ini. Tidak menutup kemungkinan nantinya sektor ini memberikan keuntungan seperti sektor Mining.

Peter Lynch dalam bukunya One Up on Wall Street mengatakan "The biggest profit comes from high profit margin in a long-term stock that you plan to hold through good times and bad, and a relatively low profit-margin in a successful turnaround" yang berarti keuntungan terbesar dapat diperoleh dari saham jangka panjang dengan margin keuntungan tinggi yang dipegang selama waktu baik dan buruk, dan saham dengan margin keuntungan rendah pada turnaround yang berhasil.

Comments

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?