Jejak Haiyanto di Saham KDSI
Langkah investor dengan modal besar di bursa saham selalu menjadi pembicaraan menarik bagi kebanyakan orang. Ketika market capitalization suatu peursahaan tidak terlalu besar, nama-nama investor kelas kakap pun mudah untuk dilihat dari komposisi pemegang saham di atas 5%. Kali ini penulis akan membahas mengenai kepemilikan saham PT. Kedawung Setia Industrial (KDSI) oleh Haiyanto.
Berikut ini adalah jejak langkah Haiyanto pada perusahaan yang bergerak di industri peralatan rumah tangga. Penulis hanya dapat menemukan jejak beliau mundur hingga di tahun 2010 dengan kepemilikan saham 19,8 juta lembar atau setara 4,9%. Saham yang dipegang terus berfluktuasi dengan 4 kali penambahan dan 2 kali aksi pengurangan.
Penambahan terbesar dilakukan di tahun 2010 dengan tambahan 8 juta lembar hingga kepemilikan saham menjadi 27,9 juta lembar. Pengurangan terbesar berada di tahun 2002 dengan dijualnya 6,2 juta saham, dimana ini mungkin adalah momentum yang pas mengingat harga saham di tahun tersebut naik lebih dari 50%. Setelah itu kepemilikan saham cenderung berfluktuasi dengan perubahan persentase yang lebih rendah.
Lalu Apa yang Menarik dari Saham Ini?
Kedawung Setia Industrial berdiri di Surabaya pada tahun 1973 dengan usaha pertamanya di bidang peralatan rumah tangga. Baru di tahun 1979 perusahaan mulai mengembangkan sayapnya dengan mendirikan anak usaha yang bergerak di bidang produksi kotak karton.
Walaupun mulanya jenis usaha di bidang peralatan rumah tangga, namun pada akhirnya divisi carton boxlah yang menjadi tulang punggung perusahaan. Di tahun 2017 pendapatan perseroan sebesar Rp 2,24 triliun disumbang dari divisi carton box sebesar 91% atau Rp 2.049 miliar, alat rumah tangga sebesar 8% atau Rp 184,2 miliar dan sisanya dari divisi lain-lain sebesar Rp 11,5 miliar.
Saat ini pengendali perusahaan ditempati oleh PT. Kitasubur Utama dengan kepemilikan 317,6 juta lembar saham atau setara 78,4%. Haiyanto menempati posisi kedua dengan 65 juta lembar saham atau setara 5,5%. Di antara 16% saham publik pun terdapat kepemilikan Permadi Al. Suharto sebanyak 19,5 juta lembar atau setara 4,82%. Perlu diketahui bahwa Permadi Al. Suharto adalah salah satu direktur di KDSI.
Oleh karena Permadi merupakan top management, maka sebenarnya sisa saham yang dimiliki publik hanya 11,24% saja. Dengan kecilnya jumlah saham yang dipegang oleh publik mengakibatkan perdagangan saham menjadi tidak likuid dengan rata-rata transaksi harian berada di bawah Rp 1 miliar.
Dalam periode waktu 3 tahun ini, KDSI terus mencatatkan hal yang positif dengan kenaikan penjualan, laba neto hingga ekuitas. Pendapatan naik dari Rp 1,7 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 2,2 triliun di tahun 2017. Laba neto naik drastis dari Rp 11,5 miliar di tahun 2015 menjadi Rp 69 miliar di tahun 2017.
Kenaikan laba yang sangat fantastis ini terbilang wajar karena kinerja perusahaan di tahun 2015 kurang baik sehingga di tahun-tahun berikutnya perusahaan tidak terlalu sulit membalikkan kondisi. Ekuitas pun mengikuti trend positif kenaikan dari Rp 379 miliar di tahun 2015 menjadi Rp 486 miliar di tahun 2017. Sedangkan komponen aset yang berfluktuasi tidaklah mengkhawatirkan selama nilai ekuitas terus bertumbuh.
Dikarenakan sumber pendapatan utama KDSI berasal dari divisi karton box yang notabene adalah sektor komoditas, maka rasio-rasio usaha pastilah tidak terlalu gemilang. Namun jika dibandingkan dengan sektor serupa, kinerja Kedawung masih dapat dikategorikan baik.
ROA di bawah 7%, gross margin berkisar 13% dan net profit margin berkisar 2,5% terbilang wajar untuk sektor komoditas. ROE perusahaan di tahun 2017 yang hampir mencapai angka 15% pun terbilang sangat baik. Untuk rasio utang pun dimanage cukup baik dengan rasio lancar berkisar di angka 1 dan DER rata-rata di bawah 200%.
Baca : Gross Margin, Pretax Margin dan Net Profit Margin
Dari laporan keuangan dapat diketahui bahwa perusahaan tidak pernah melakukan aksi korporasi yang merugikan investor. Tercatat KDSI hanya pernah melakukan private placement satu kali saja di tahun 2007. Saham yang diterbitkan dari aksi tersebut berjumlah 104 juta lembar yang bertujuan sebagai konversi pinjaman
Salah satu kekurangan dari perusahaan ini adalah absennya dalam hal pembagian dividen. Selama go public dari tahun 1996 perusahaan belum pernah satu kali pun memberikan dividen ke investor. Akan tetapi KDSI pernah memberikan saham bonus dengan rasio 1:1 di tahun 2000 sehingga masih dikategorikan cukup baik.
The Rise of Commodity Price
Dengan mulai naiknya komoditas pulp and paper dari tahun 2017, maka saham-saham yang berada di industri Pulp and Paper juga ikut terkerek naik. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) dan Indah Kiat Pulp&Paper (INKP) menjadi saham primadona selama 2017-2018 dengan kenaikan hingga 1.000% lebih.
Walaupun KDSI tidak mencatatkan kenaikan harga setinggi TKIM dan INKP, namun saham ini masih bisa memperoleh gain 200% lebih. Haiyanto sebagai salah satu investor KDSI pun turut menikmati kenaikan harga saham. Namun perlu diperhatikan volume perdagangan yang kurang likuid menjadi salah satu kesulitan utama berinvestasi di saham ini.
Berikut ini adalah jejak langkah Haiyanto pada perusahaan yang bergerak di industri peralatan rumah tangga. Penulis hanya dapat menemukan jejak beliau mundur hingga di tahun 2010 dengan kepemilikan saham 19,8 juta lembar atau setara 4,9%. Saham yang dipegang terus berfluktuasi dengan 4 kali penambahan dan 2 kali aksi pengurangan.
Penambahan terbesar dilakukan di tahun 2010 dengan tambahan 8 juta lembar hingga kepemilikan saham menjadi 27,9 juta lembar. Pengurangan terbesar berada di tahun 2002 dengan dijualnya 6,2 juta saham, dimana ini mungkin adalah momentum yang pas mengingat harga saham di tahun tersebut naik lebih dari 50%. Setelah itu kepemilikan saham cenderung berfluktuasi dengan perubahan persentase yang lebih rendah.
Lalu Apa yang Menarik dari Saham Ini?
Kedawung Setia Industrial berdiri di Surabaya pada tahun 1973 dengan usaha pertamanya di bidang peralatan rumah tangga. Baru di tahun 1979 perusahaan mulai mengembangkan sayapnya dengan mendirikan anak usaha yang bergerak di bidang produksi kotak karton.
Walaupun mulanya jenis usaha di bidang peralatan rumah tangga, namun pada akhirnya divisi carton boxlah yang menjadi tulang punggung perusahaan. Di tahun 2017 pendapatan perseroan sebesar Rp 2,24 triliun disumbang dari divisi carton box sebesar 91% atau Rp 2.049 miliar, alat rumah tangga sebesar 8% atau Rp 184,2 miliar dan sisanya dari divisi lain-lain sebesar Rp 11,5 miliar.
Saat ini pengendali perusahaan ditempati oleh PT. Kitasubur Utama dengan kepemilikan 317,6 juta lembar saham atau setara 78,4%. Haiyanto menempati posisi kedua dengan 65 juta lembar saham atau setara 5,5%. Di antara 16% saham publik pun terdapat kepemilikan Permadi Al. Suharto sebanyak 19,5 juta lembar atau setara 4,82%. Perlu diketahui bahwa Permadi Al. Suharto adalah salah satu direktur di KDSI.
Oleh karena Permadi merupakan top management, maka sebenarnya sisa saham yang dimiliki publik hanya 11,24% saja. Dengan kecilnya jumlah saham yang dipegang oleh publik mengakibatkan perdagangan saham menjadi tidak likuid dengan rata-rata transaksi harian berada di bawah Rp 1 miliar.
Dalam periode waktu 3 tahun ini, KDSI terus mencatatkan hal yang positif dengan kenaikan penjualan, laba neto hingga ekuitas. Pendapatan naik dari Rp 1,7 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 2,2 triliun di tahun 2017. Laba neto naik drastis dari Rp 11,5 miliar di tahun 2015 menjadi Rp 69 miliar di tahun 2017.
Kenaikan laba yang sangat fantastis ini terbilang wajar karena kinerja perusahaan di tahun 2015 kurang baik sehingga di tahun-tahun berikutnya perusahaan tidak terlalu sulit membalikkan kondisi. Ekuitas pun mengikuti trend positif kenaikan dari Rp 379 miliar di tahun 2015 menjadi Rp 486 miliar di tahun 2017. Sedangkan komponen aset yang berfluktuasi tidaklah mengkhawatirkan selama nilai ekuitas terus bertumbuh.
Dikarenakan sumber pendapatan utama KDSI berasal dari divisi karton box yang notabene adalah sektor komoditas, maka rasio-rasio usaha pastilah tidak terlalu gemilang. Namun jika dibandingkan dengan sektor serupa, kinerja Kedawung masih dapat dikategorikan baik.
ROA di bawah 7%, gross margin berkisar 13% dan net profit margin berkisar 2,5% terbilang wajar untuk sektor komoditas. ROE perusahaan di tahun 2017 yang hampir mencapai angka 15% pun terbilang sangat baik. Untuk rasio utang pun dimanage cukup baik dengan rasio lancar berkisar di angka 1 dan DER rata-rata di bawah 200%.
Baca : Gross Margin, Pretax Margin dan Net Profit Margin
Dari laporan keuangan dapat diketahui bahwa perusahaan tidak pernah melakukan aksi korporasi yang merugikan investor. Tercatat KDSI hanya pernah melakukan private placement satu kali saja di tahun 2007. Saham yang diterbitkan dari aksi tersebut berjumlah 104 juta lembar yang bertujuan sebagai konversi pinjaman
Salah satu kekurangan dari perusahaan ini adalah absennya dalam hal pembagian dividen. Selama go public dari tahun 1996 perusahaan belum pernah satu kali pun memberikan dividen ke investor. Akan tetapi KDSI pernah memberikan saham bonus dengan rasio 1:1 di tahun 2000 sehingga masih dikategorikan cukup baik.
The Rise of Commodity Price
Dengan mulai naiknya komoditas pulp and paper dari tahun 2017, maka saham-saham yang berada di industri Pulp and Paper juga ikut terkerek naik. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) dan Indah Kiat Pulp&Paper (INKP) menjadi saham primadona selama 2017-2018 dengan kenaikan hingga 1.000% lebih.
Walaupun KDSI tidak mencatatkan kenaikan harga setinggi TKIM dan INKP, namun saham ini masih bisa memperoleh gain 200% lebih. Haiyanto sebagai salah satu investor KDSI pun turut menikmati kenaikan harga saham. Namun perlu diperhatikan volume perdagangan yang kurang likuid menjadi salah satu kesulitan utama berinvestasi di saham ini.
Comments
Post a Comment