Mana yang Lebih Penting : Win or Don't Loss?
Setelah beberapa kerugian yang membuat stress akhirnya mereka pun menyerah dari bursa saham. Lalu ketika bertemu dengan teman atau keluarga, mereka selalu mengatakan bahwa investasi saham sangat beresiko. Beberapa orang lainnya walaupun telah mengalami kerugian tidak pantang menyerah dan terus mencoba berharap suatu hari nanti bisa memperoleh keuntungan.
Mengutip quote dari Warren Buffett ada 2 peraturan sederhana mengenai investasi : "Rule no 1 : never lose money, Rule no 2 : never forget rule no 1". Dari quote ini sudah jelas bahwa hal terpenting dalam investasi tidak terletak pada berapa keuntungan yang dapat kita capai. Melainkan pertama kali kita harus fokus bagaimana cara untuk meminimalkan kerugian / resiko dari investasi.
Berikut tabel dampak kerugian terhadap keuntungan yang harus diperoleh :
Konsep kerugian berbeda dengan keuntungan dimana ketika kita mengalami kerugian pada persentase tertentu, untuk mengembalikan ke modal awal dibutuhkan persentase yang lebih besar. Ketika persentase kerugian di angka 5-20%, persentase profit yang dicapai tidak terlalu berbeda jauh. Angka ini menjadi semakin besar ketika kita kehilangan 50% uang dimana dibutuhkan profit 100% hanya untuk kembali kepada modal awal.
Dan persentase ini semakin besar ketika kita kehilangan 95% uang dimana dibutuhkan 1.900% untuk kembali ke modal awal. Bahkan pergerakan IHSG selama 20 tahun (1998-2017) yang mencapai 1.210% tidak mampu mengembalikan 95% kerugian. Jadi saran penulis bagi investor pemula sebaiknya pelajari dahulu cara agar tidak loss sehingga mampu untuk bertahan di bursa saham dalam jangka panjang.
Lalu bagaimana cara untuk meminimalkan resiko berinvestasi di bursa saham?
1. Diversifikasi
Penting bagi setiap investor untuk melakukan diversifikasi secara cukup luas terhadap berbagai sektor dan industri. Jadi ketika nantinya suatu industri sedang menghadapi masa buruk, kita masih akan terbantu dengan industri yang dalam masa baik. Ini memberikan proteksi terhadap portofolio agar bisa tumbuh secara konsisten. Bahkan investor sekelas Lo Kheng Hong pun juga memiliki hingga 30 saham untuk dikelola.
Jika dana yang kita kelola tidak terlalu besar, mungkin 10 jenis saham sudah cukup. Namun ketika dana yang dikelola semakin besar maka pastinya jumlah saham akan semakin meningkat. Saat ini penulis sendiri memiliki belasan saham yang berada pada 8 sektor dan 10 industri. Tidak menutup kemungkinan penulis pun akan melakukan diversifikasi lagi di sektor atau industri baru yang saat ini penulis belum ada sahamnya.
2. Berinvestasi Jangka Panjang
Berikut tabel perjalanan IHSG selama 20 tahun yang memiliki periode 14 tahun profit dan periode 6 tahun loss. Ketika kita berinvestasi saham dengan periode 1 tahun maka kita memiliki probabilitas profit sebesar 70%. Lalu ketika kita berinvestasi dengan periode 5 tahun, probabilitas meningkat menjadi 75%.
Yang sangat menarik adalah ketika kita berinvestasi selama 10 tahun dengan tingkat 100% pasti profit. Dari sini kita dapat melihat bahwa semakin panjang timeframe investasi yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang semakin baik. Kita juga lebih bebas stress dan dapat fokus pada pekerjaan sehari-hari tanpa terganggu aktivitas trading yang berlebihan
Selain itu timeframe yang panjang juga memiliki keunggulan low cost karena mengurangi biaya transaksi (entry dan exit posisi) dan memperoleh tambahan gain yang berasal dari dividen. Yang terakhir adalah keuntungan dari compound interest akan lebih terasa seperti apa yang dilakukan oleh Warren Buffett.
Baca : The Magic of Compound Interest
3. Berinvestasi pada Diri Sendiri
Tidak dapat dipungkiri bahwa investasi paling menguntungkan yang pernah ada adalah investasi pada otak. Luangkan waktu untuk belajar prinsip dasar investasi, membaca laporan keuangan, dan terus membaca buku, koran serta sumber-sumber informasi lainnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan berinvestasi.
Comments
Post a Comment