HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Lo Kheng Hong Kembali Investasi Saham PNLF

Ada banyak artikel di internet yang mengatakan bahwa Lo Kheng Hong pernah mendapatkan keuntungan dari saham Panin Financial (PNLF) sebanyak 160%. Investor berkocek tebal itu dikabarkan membeli saham PNLF sebanyak 850 juta lembar di harga Rp 100/lembar dan menjualnya di harga Rp 260/lembar. Namun dengan minimnya sumber yang valid saat itu, tentu sulit memastikan benar atau tidaknya informasi tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan PNLF tahun 2017, nama Lo Kheng Hong masuk ke dalam daftar 20 pemegang saham terbesar. LKH diketahui memiliki 541.989.400 lembar saham atau setara 1,69% kepemilikan pada perusahaan yang bergerak di sektor finansial ini. Nama investor kawakan ini baru tercatat sebagai pemegang saham PNLF di tahun 2017 saja, sedangkan di tahun 2016 ke bawah LKH masih belum berada di daftar tersebut.

Sulit untuk mengetahui apakah ia baru masuk saham PNLF sejak tahun 2017 atau sudah dari tahun-tahun sebelumnya. Jika melihat pergerakan harga saham selama tahun 2017 berada di range Rp 175-250, maka diperkirakan LKH berinvestasi kurang lebih Rp 108 miliar (Rp 200 x 541.989.400 lembar). Jumlah ini tidaklah terlalu besar karena sebelumnya ia juga pernah berinvestasi Rp 100 miliar lebih di saham Petrosea (PTRO).

Baca : Melihat Jejak Lo Kheng Hong di Saham PTRO

Ternyata selain LKH ada nama investor senior lainnya di saham PNLF yaitu Haiyanto dengan kepemilikan 180,9 juta lembar saham atau setara 0,56%. Sepertinya ia lebih dahulu masuk posisi dibandingkan LKH karena namanya sudah ada di laporan keuangan tahun 2016. Tapi di tahun 2017 ini, nama beliau tidak tercatat pada top 20 pemegang saham terbesar. Bisa jadi karena kepemilikannya kalah dibandingkan investor lain atau ia sudah menjual sahamnya.

Lalu Kenapa Lo kheng Hong Kembali Investasi di PNLF?
1. Kinerja Perusahaan

Bisa dikatakan kinerja PNLF tidak termasuk dalam kategori sangat baik dengan rata-rata ROA di bawah 7% dan ROE di bawah 10% selama 3 tahun ke belakang ini. Namun perusahaan tergolong baik dalam hal mencatatkan net profit margin rata-rata 30%. Selain itu perusahaan juga mengelola utang secara konservatif dengan rasio utang yang rendah. Hal itu terlihat dari current ratio di bawah angka 2 dan liabilities to equity (DER) yang sangat rendah di bawah angka 0.5.

Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

Dikarenakan Panin Financial merupakan sebuah holding company, maka perhitungan penjualan agak sedikit berbeda yaitu menggunakan data penjualan anak usahanya Panin Daichi Life. Selain itu keuntungan hasil investasi terkadang juga dimasukkan ke dalam komponen penjualan. Rata-rata penjualan perusahaan naik sekitar 15% per tahun dari Rp 1,2 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 5,1 triliun di tahun 2017.

Salah satu kelemahan berinvestasi di saham group Panin adalah pelitnya perusahaan dalam mendistribusikan dividen. Tercatat PNLF hanya pernah membagikan dividen sebanyak 2 kali di tahun 2005 selama kurun waktu 18 tahun (2000-2017). Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa harga saham perusahaan tidak mengalami banyak perubahan dalam 18 tahun ke belakang.

Baca : Mengapa Saham Undervalued Terus Turun?

2. Valuasi Saham
Sebagai seorang investor fundamental, tentunya LKH sangat memperhatikan rasio-rasio seperti PER dan PBV. Melirik pada penutupan tahun 2017, saham PNLF memiliki PER = 5,4 dan PBV = 0,4. Kedua rasio tersebut menempatkan Panin Financial sebagai saham dengan valuasi terendah di sektor Finance - Others. Ini bisa jadi merupakan salah satu pemikiran LKH kenapa ia berinvestasi di saham PNLF.

Baca : Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

3. Faktor Lainnya
Selain kedua faktor di atas, Lo Kheng Hong pasti memiliki analisa dan pemikiran lainnya yang mungkin tidak terbayangkan oleh kita sebagai investor biasa. Jam terbang dan pengalaman tentunya berpengaruh terhadap bagaimana kita mengambil keputusan berinvestasi. Ada banyak alasan kenapa LKH membeli saham ini, namun 1 hal yang pasti adalah ia yakin bahwa harga saham PNLF akan naik di masa mendatang.

Kesimpulan
Sebagai seorang investor retail kita harus bijak melihat setiap kesempatan, bukan berarti Lo Kheng Hong membeli saham PNLF maka kita langsung mengikutinya tanpa melakukan analisa lebih lanjut. Kenali terlebih dahulu apakah anda siap untuk hold saham dalam jangka panjang seperti yang dilakukan LKH.

Selain itu kita juga tidak tahu investasi Rp 100 miliar ini berapa persen dari uang yang dimiliki oleh LKH. Jadi jangan mempertaruhkan uang terlalu besar hanya karena mengikuti beliau. Dan anda juga harus mempersiapkan diri karena harga saham group Panin terkenal dengan fluktuasi yang rendah sehingga bisa jadi dalam beberapa tahun ke depan harga saham tidak bergerak kemana-mana.

Baca : Apakah Saham Group Panin Layak untuk Disimpan?

Comments

  1. Pak apakah semua emiten mengpublish pemegang sahamnya saya lihat LK INKP ngak ada dipublish cuma ditulis masyarakat dan lainnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak semua perusahaan mempublish daftar 20 pemegang terbesar, umumnya yang dipublish hanya pemegang saham di atas 5% saja. Namun ada beberapa perusahaan yang menyertakannya dan itu bisa dilihat di laporan keuangan tahunan.

      Delete
  2. Pak, dimana mencari laporan keuangan perusahaan selain di web idx ya? Sepertinya kalo di idx hanya bbrp tahun belakang saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya hanya pakai dari web idx saja, saya rasa data 5 tahun ke belakang sudah cukup sebagai referensi untuk berinvestasi.

      Delete

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?