HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Mengapa Pilih Saham Bluechip?

Harga saham yang tinggi dan saham overvalued selalu menjadi momok kenapa para investor memilih untuk menjauhi saham bluechip. Bluechip adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada saham-saham perusahaan besar dengan kualitas yang bagus dan kemampuan untuk menghasilkan profit pada kondisi ekonomi baik dan buruk sekalipun. Istilah blue chip sendiri berasal dari permainan poker casino yang memiliki nilai tertinggi yaitu 25$.

Selain bluechip, ada beberapa kategori saham lainnya yaitu : 
Second Liner / Saham Lapis Dua
Saham yang masuk dalam kategori ini memiliki nilai kapitalisasi market yang dekat dengan saham bluechip. Kinerja perusahaan saham lapis dua juga termasuk bagus dengan harga saham yang relatif cukup tinggi yaitu di atas Rp 1.000.

Thrid Linner / Saham Lapis Tiga
Kategori yang berada di antara second liner dan penny stock, range harga biasa di antara Rp 100 - Rp 1.000. Kinerja perusahaan berada pada tingkatan menengah dan beberapa ada dalam kondisi merugi.

Penny Stock / Saham Recehan

Istilah ini biasa digunakan untuk saham-saham dengan harga yang sangat rendah atau di bawah Rp 100. Saham dalam kategori ini memiliki resiko yang sangat tinggi karena nilai kapitalisasi market yang kecil, kurangnya likuiditas, dan perubahan harga yang cepat.

Range harga saham untuk setiap kategori tidak bersifat mengikat karena harus melihat lagi jumlah saham yang beredar. Juga tidak ada batas penentuan yang jelas pada setiap kategori saham, sehingga kategori ini dikembalikan kepada setiap investor.

Saham Bluechip

Umumnya saham perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip memiliki beberapa kriteria di antara berikut :

- Harga yang tinggi jika dibandingkan dengan saham-saham pada sektor yang sama

- Saham overvalued dengan PER di atas 15 dan PBV di atas 1

- Berada di 3 urutan teratas kapitalisasi market pada sektornya

- Size perusahaan terpaut jauh dengan kompetitor dalam hal ekuitas, total penjualan atau market share

- Memiliki kinerja yang bagus dalam setiap kondisi ekonomi

- Brand yang sudah terkenal di customer

- Membagikan dividen secara reguler

- Likuiditas saham bagus

Baca : 5 Alasan menghindari saham IPO

Berikut beberapa pilihan dari penulis untuk saham yang masuk di kategori bluechips :

Ada beberapa perusahaan besar lainnya dengan kinerja keuangan baik, tetapi volume perdagangan saham harian mereka masuk kategori tidak liquid sehingga tidak dimasukkan ke dalam daftar ini. Perusahaan tersebut adalah FAST (Food - KFC), ARNA (Ceramic), TOTO (Ceramic - Peralatan Toilet), MERK (Pharmaceuticals) dan ASGR (Computer).

Mengapa Saham Bluechip?

1. Sejalan dengan IHSG

Dengan nilai kapitalisasi yang besar, saham-saham bluechips sangat merepresentasikan indeks saham gabungan. Setiap perubahan harga saham yang cukup besar baik naik ataupun turun dapat mempengaruhi pergerakan indeks juga.

2. Volatile yang rendah

Untuk tipe investor yang risk averse atau cenderung menghindari resiko, saham dalam kategori ini cocok sebagai pilihan berinvestasi. Volatile (naik turun harga saham) yang rendah akan membuat investor lebih stabil dalam menghadapi market.

3. Kinerja yang teruji

Memiliki kinerja perusahaan yang secara konsisten menghasilkan profit saat kondisi ekonomi baik maupun kurang baik adalah salah satu keunggulan dari saham bluechip. Biasanya saham bluechip memiliki penjualan yang besar diikuti dengan profit margin yang bagus pula. Rasio utang pun terjaga agar tetap dapat melakukan pembayaran ketika kondisi tidak terlalu baik.

Baca : Utang / Liabilities

4. Brand loyalty yang baik

Brand / merk yang telah dikenal secara baik oleh konsumen dapat membuat produk tetap dicari dan selalu diingat walaupun muncul banyak kompetitor ke dalam bisnis tersebut. Sektor yang benar-benar memiliki brand loyalty yang baik ada pada sektor pharmaceuticals, tobacco, food and beverages.

Quote dari Warren Buffett di tahun 1987 mengatakan :

I'll tell you why I like the cigarette business. It costs a penny to make. Sell it for a dollar. It's addictive. And there's fantastic brand loyalty.

Dari quote ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa brand loyalty dapat membuat sebuah bisnis memiliki profit margin yang tinggi dan ada loyalitas dari konsumen agar tetap menggunakan produk itu. Terutama pada sektor rokok di mana produk tersebut dapat menimbulkan ketergantungan bagi konsumen.

5. Pendistribusian dividen rutin

Ketika sebuah perusahaan sudah berada pada level mature, mereka tidak lagi membutuhkan alokasi dana yang besar untuk melakukan ekspansi usaha. Perusahaan tetap melakukan ekspansi tapi dengan dana yang sudah dicadangkan dan dengan resiko yang terukur pula. Hal ini membuat perusahaan akan kelebihan uang dan menyalurkan uang tersebut dalam bentuk dividen secara rutin kepada para investor.

Baca : Ulasan Lengkap Dividen

Kelemahan saham bluechip

Di balik semua kelebihan saham bluechip, tentunya pasti ada beberapa point kekurangan dari kategori saham ini. Saham bluechip jarang menawarkan potensi keuntungan yang tinggi dalam waktu yang cepat, dibutuhkan kesabaran dalam memegang kategori saham ini. Juga walau dividen dibagikan secara rutin, umumnya nominal yang diterima tergolong rendah karena PER dan PBV perusahaan berada pada level yang tinggi.

Baca : Analisa Saham dengan PBV dan PSR

Contoh saham Bluechip

Unilever Indonesia

Perusahaan dengan nilai kapitalisasi terbesar di sektor cosmetic ini merupakan contoh sempurna dari bluechip. Rasio PER = 47,1 dan rasio PBV = 55,3 termasuk kategori sangat tinggi sehingga membuat hampir semua investor melabeli saham ini dengan saham overvalued. Walau begitu UNVR didukung oleh kinerja yang sangat cemerlang dengan ROE melebihi 100% dan profit margin berkisar di angka 50% .

Terlihat dari grafik bahwa saham secara konsisten terus naik dari harga sekitar Rp 5.000 di tahun 2008 menjadi Rp 45.000 di tahun 2017. Kenaikan kurang lebih 800% dalam 10 tahun membuat saham UNVR sangat mengiurkan bagi investor. UNVR juga tercatat secara rutin membagikan dividen hingga 2 kali dalam 1 tahun di mana perusahaan bluechip lainnya rata-rata hanya membagikan 1 dividen dalam 1 tahun.

Jasa Marga (Persero)

Perusahaan BUMN yang memiliki bisnis utama di bidang infrastuktur jalan tol ini terbilang tidak memiliki persaingan yang berarti dari kompetitornya. Dengan title BUMN perusahaan ini sangat didukung oleh pemerintah dalam hal perizinan dan pembebasan lahan sehingga JSMR menguasai jalan tol di lokasi-lokasi yang sangat strategis.

Grafik memperlihatkan kenaikan saham kurang lebih 400% dari level Rp 1.000 di tahun 2009 menjadi Rp 5.000 di tahun 2017. Rasio ROE berada di level 15% ditunjang dengan gross margin di atas 30% membuat saham ini cukup bagus untuk disimpan dalam jangka panjang. JSMR juga rajin membagi dividen setiap tahunnya walaupun tidak sampai 2 kali dalam 1 tahun seperti yang dilakukan oleh UNVR.

Dari 2 contoh saham bluechip di atas, jadi perlukah kita melihat kembali saham pada second liner, third linner atau bahkan penny stock? Dapatkah saham kategori lain mengungguli kenaikan saham bluechip?


Baca : Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

Comments

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Portofolio Saham Lo Kheng Hong 2022

    Investasi Emas dan Cara Menghitung Harga Emas secara Real

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?