HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

5 Alasan Mengapa Menghindari Saham IPO?

Saat ini lebih dari 50% perusahaan-perusahaan besar dan terkenal yang ada di Indonesia telah mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia, tentunya hal ini membuat banyak perusahaan lainnya sangat tertarik untuk melakukan IPO / Initial Public Offering. IPO sendiri adalah proses penawaran saham perdana kepada publik yang bertujuan untuk mendapatkan sumber pendanaan baik untuk keperluan bertumbuh maupun membayar utang.

Selain untuk kepentingan pendanaan, go public juga dapat membuat sebuah perusahaan menjadi lebih well-known dan terpercaya. Pemilik perusahaan juga diuntungkan dengan go public karena ini merupakan cara untuk meningkatkan kekayaan dengan cepat. Jika kita sering mengamati daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, maka kita akan menemukan bahwa posisi orang terkaya terus berubah.

Itu disebabkan karena selalu ada pergerakan di bursa saham yang membuat miliarder tersebut dapat menghasilkan uang ratusan juta dollar dari kenaikan harga saham ataupun malah kehilangan uang karena turunnya harga saham. Ketika harga saham sebelumnya Rp 1.000 menjadi Rp 2.000, maka pemilik saham secara otomatis kekayaannya tumbuh 2 kali lipat tanpa adanya usaha yang berarti. Hal inilah yang membuat hampir semua pemilik perusahaan besar berlomba-lomba untuk go public.

Initial Public Offering (IPO)

Dari kacamata investor saham, IPO selalu dipandang dengan 2 sisi yaitu positif di mana orang-orang penasaran dan mengakumulasi saham IPO dengan harapan saham tersebut akan naik ke level yang lebih tinggi. Di lain sisi beberapa investor takut untuk masuk ke saham IPO karena saham tersebut tidak memiliki histori sebelumnya sebagai pedoman untuk berinvestasi.

Hal-hal yang terjadi ketika melakukan IPO : 

1. Pengurangan porsi kepemilikan saham

Dengan menawarkan sejumlah saham kepada publik, biasanya persentase kepemilikan saham yang dipegang oleh investor awal akan berkurang. Dan ini juga akan berefek pada kontrol yang dimiliki, lalu pihak luar bisa turut serta dalam mengatur manajemen. Bahkan pendiri perusahaan juga dapat dipecat / dipaksa untuk mengundurkan diri seperti kasus yang terjadi pada Steve Jobs (Apple) dan Travis Kalanick (Uber).

2. Transparansi

Go public berarti perusahaan harus memberikan informasi sebanyak-banyaknya agar para investor tertarik untuk memiliki saham tersebut. Informasi seperti pergantian pucuk manajemen, kontrak baru, rencana perusahaan dan strategi adalah hal yang umum untuk diberitakan kepada para pemegang saham. Ini membuka peluang bagi perusahaan kompetitor untuk meniru atau mengikuti arah  pergerakan perusahaan IPO.

3. Laporan keuangan per kuartal

Setiap perusahaan yang go public memiliki kewajiban untuk memberikan laporan keuangan dengan periode setiap 3 bulan. Ini akan menjadi tambahan pekerjaan dan membutuhkan resource yang cukup besar karena aturan dari BEI mewajibkan perusahaan tidak boleh terlambat dalam menyerahkan laporan ini.

4. Rapat Umum Pemegang Saham / RUPS

Perusahaan juga berkewajiban untuk mengadakan RUPS untuk memberikan informasi kinerja, pencapaian dan hal lainnya yang bersangkutan dengan perusahaan. Tempat untuk mengadakan RUPS juga harus cukup besar agar dapat menampung para investor retail yang ingin berpartisipasi.

5 Alasan Mengapa Menghindari Saham IPO

1. Sisi Fundamental

Perusahaan yang baru melakukan IPO biasanya hanya dibekali oleh laporan keuangan terakhir saja. Hal ini akan menempatkan posisi investor sebagai pihak yang lemah karena tidak dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan di tahun-tahun sebelumnya serta pertumbuhan tahunan dan informasi lainnya. Tanpa dibekali laporan keuangan yang komplit, maka analisa fundamental akan sulit diterapkan.

2. Sisi Teknikal

Sebuah chart yang mengambarkan history perjalanan saham di masa lalu adalah hal terpenting bagi para trader sebelum memutuskan membeli suatu saham. Biasanya trader perlu melihat apakah saham dalam posisi sideways, uptrend atau downtrend. Rencana enter dan exit juga diperoleh dari history pergerakan saham. Tanpa ini semua maka trader akan kesulitan untuk menganalisa saham secara teknikal.

3. Volatile

Bagi investor yang telah memutuskan masuk ke saham IPO, maka harus bersiap untuk menghadapi pergerakan yang sangat cepat baik naik ataupun turun. Biasanya saham IPO bisa bergerak lebih dari 5% dalam 1 harinya. Penempatan stop loss terkadang pun tidak bermanfaat karena ketika order dijalankan harga saham sudah turun lagi sehingga investor akan mengalami kerugian lebih dalam lagi.

4. Saham Cenderung Mahal

Jika menggunakan rasio PBV (Price to Book Value), maka kita akan menemukan saham-saham IPO dijual dengan rasio PBV di atas 1. Bagi saham yang belum jelas fundamentalnya, nilai PBV di atas 1 dapat dikategorikan sebagai saham mahal. Ini dikarenakan penetapan harga saham ke publik dilakukan oleh internal perusahaan yang tentunya menginginkan jumlah uang yang dihasilkan saat IPO besar.

Baca : Analisa Saham Menggunakan PBV dan PSR

5. Mudah Dipengaruhi oleh Rumor

Rumor saham IPO menjadi satu-satunya pertimbangan bagi investor memutuskan menjual atau membeli saham ketika tidak adanya pedoman lain seperti analisa fundamental dan teknikal. Jika membeli saham IPO, kita juga harus sering melihat berita-berita seputar emiten untuk menganalisa apakah tetap bertahan atau memutuskan agar saham dijual.

Baca : Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

Study Case Saham Go Public Tahun 2015

* Harga awal : harga closing di hari pertama go public

* Harga akhir : harga closing setelah 1 tahun

Di atas adalah data 10 perusahaan yang go public di tahun 2015 dengan periode dari bulan Januari hingga Agustus. Dari data tersebut terlihat bahwa 7 dari 10 saham yang go public di tahun 2015 mengalami penurunan harga, hanya 3 saham saja yang mengalami kenaikan. Persentase win/loss pun sama dengan kenaikan dan penurunan tertinggi di angka 60% lebih. Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa saham go public memiliki resiko yang cukup tinggi.

Bahkan Warren Buffett pernah mengeluarkan pernyataan : "IPO of stock are almost always bad investments. Investors should be looking to companies that will have good value in ten years" yang berarti saham IPO hampir selalu merupakan investasi yang buruk, investor seharusnya melihat perusahaan yang memiliki nilai bagus dalam 10 tahun. Penulis juga menyarankan sebaiknya berhati-hati sebelum memutuskan untuk masuk ke jenis saham seperti ini.

Baca : 5 Alasan Mengapa Pilih Saham Bluechip?

Comments

  1. harus tau banget nih tentang saham biar ngga salah invest. terima kasih gans.

    ReplyDelete

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Kapan Waktu Terbaik Membeli Saham?

    Lo Kheng Hong & Haiyanto Masuk Saham ABMM

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Delisting Saham INVS ?

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Saham TELE Turun di bawah Harga IPO, Apakah Masih Ada Prospek?

    BBKP Revisi Laporan Keuangan, Bagaimana Kondisi Perusahaanya?