HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Benarkah Reksadana dan Unit Link Tidak Lebih Baik dari Saham?

Ketika seseorang sudah mulai bekerja atau menghasilkan uang, umumnya mereka akan mulai berpikir untuk berinvestasi. Tujuan berinvestasi pun beragam mulai dari menjaga nilai uang dari inflasi, persiapan untuk suatu event penting, hingga untuk mendapatkan hasil yang besar dari investasi tersebut.

Awalnya orang akan memulai dengan asuransi yang berfungsi sebagai proteksi terhadap musibah yang mungkin akan dialami di masa depan. Namun seiring berjalannya waktu perusahaan asuransi pun mulai menambahkan fungsi proteksi sekaligus investasi, ini yang dikenal dengan nama unit link. Untuk menjual produk ini, para agen asuransi terkadang sering memberikan informasi yang salah bahwa dengan menabung sekian tahun akan menjamin proteksi lebih panjang tanpa harus membayar lagi.

Setelah asuransi, orang pun mulai melihat alternatif lainnya untuk menghasilkan lebih dari uang yang dimiliki melalui reksadana. Setiap sekuritas pun berlomba-lomba untuk menjual produk reksadana dengan berbagai jenis profil resiko dan potensi keuntungan. Yang terakhir adalah saham di mana hampir sebagian besar orang menganggap ini merupakan salah satu investasi yang paling beresiko.

Sebelum kita masuk ke salah satu dari 3 jenis instrumen ini, ada baiknya kita mengerti terlebih dahulu pengertian, fungsi, potensi keuntungan dan resikonya :
Asuransi / Unit Link
Asuransi berfokus pada fungsi proteksi dimana tidak ada keuntungan, yang diperoleh hanyalah penggantian dari kerugian yang diderita. Biasanya berupa pergantian uang akibat meninggal, kecelakaan atau sakit. Semakin besar uang premi yang dibayarkan, maka semakin besar pula uang pergantiannya.

Sedangkan unit link memiliki fungsi proteksi sekaligus investasi dimana nantinya premi yang dibayarkan akan dialokasikan ke 2 sisi. Karena instrumen ini memiliki fungsi investasi juga, maka hasil investasi nantinya bisa digunakan untuk membayar premi sehingga seolah-olah para pemegang polis sudah tidak membayar lagi. Tapi nyatanya pemegang polis tetap membayar, namun dari uang yang telah dialokasikan ke sisi investasi.

Reksadana
Instrumen investasi dimana perusahaan sekuritas mengumpulkan dana dari investor yang digunakan untuk berinvestasi pada saham, obligasi, serta sesuatu yang dapat memberikan keuntungan di masa depan. Sebenarnya reksadana mirip dengan unit link, namun reksadana hanya pada bagian investasinya saja. Ini karena reksadana tidak mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan proteksi.

Saham
Adalah sebuah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan. Untuk dapat memiliki saham, kita bisa membangun sebuah bisnis, berinvestasi di suatu bisnis, atau langsung membeli saham perusahaan terbuka di sekuritas. Saham menawarkan keuntungan baik dari kenaikan harga saham maupun dividen.

Persamaan ketiga instrumen ini
Jika kita melihat kinerja unit link dan reksadana dengan keuntungan tertinggi, biasanya penempatan investasi tersebut adalah ke instrumen saham. Jadi ketika kita memilih unit link dan reksadana tersebut, maka kita sebenarnya sedang berinvestasi saham. Hanya saja kita tidak secara langsung memilih saham yang dibeli, melainkan ada manajer investasi (pengelola) yang mengatur saham apa saja yang dibeli.

Perbedaan ketiga instrumen ini
Selain berbeda pada siapa yang mengelola investasi, reksadana dan unit link menawarkan berbagai jenis pilihan seperti penempatan ke obligasi dan instrumen investasi lainnya. Hal ini akan berefek pada potensi keuntungan dan kerugian investasi. Penempatan ini yang tidak dimiliki ketika kita berinvestasi ke saham.

Biaya Investasi
* Biaya bersifat tidak mengikat dan tergantung pada sekuritas / perusahaan asuransi
Jika kita melihat dari rincian biaya ini, akan sulit bagi investor untuk meraup keuntungan pada unitlink dan reksadana di tahun-tahun awal. Unitlink membebankan total 7% dari entry fee 5% dan management fee 2%, sehingga ketika kita memasukkan uang Rp 100 juta ke unitlink, maka yang benar-benar masuk adalah Rp 93 juta. Sebelum menghasilkan keuntungan kita sudah dibebani untuk menutup kehilangan 7% tersebut.

Hal yang sama dialami ketika berinvestasi di reksadana karena besaran fee tersebut hampir sama. Entry fee dikenakan satu kali ketika di awal memasukkan dana, sedangkan management fee bersifat rutin setiap tahun. Biaya exit untuk ketiga instrumen tergolong rendah, tapi biaya pengalihan investasi terbilang cukup tinggi. Dikarenakan biaya yang tinggi, maka biasanya para agen reksadana atau unitlink selalu menganjurkan untuk berinvestasi jangka panjang dimana secara perlahan biaya akan terbagi secara rata per tahun.

Siapa yang cocok berinvestasi saham, reksadana dan unitlink?
Saham : investor yang memiliki dana cukup besar dan mau untuk menganalisa saham perusahaan yang dibeli. Selain itu investor saham juga turut terlibat dalam pembelian serta penjualan saham sehingga akan menyita waktu.

Reksadana dan Unitlink : investor yang memiliki dana terbatas dan tidak memiliki waktu untuk menganalisa serta terlibat dalam transaksi saham. Investor dengan jumlah dana terbatas juga akan sulit masuk ke bursa saham karena perusahaan dengan kinerja baik biasanya memiliki harga yang cukup tinggi sehingga akan menyulitkan dalam menyusun portofolio.

Kinerja Saham vs Reksadana / Unit link
* NAB unit Reksadana di atas merupakan data salah satu reksadana paling terkenal
* NAB Unit Link di atas merupakan salah satu unit link paling terkenal
Data yang tersaji di atas menunjukkan bahwa kinerja reksadana dan unit link bahkan tidak dapat mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan. Unit link mencatatkan kinerja terburuk dengan selisih 12% dibandingkan IHSG dalam kinerja 5 tahun. Reksadana masih lebih unggul dari unit link dengan kinerja 23% tapi tetap kalah 4% dari IHSG. Bahkan portofolio sederhana yang mencakup 5 saham bluechip dapat mengalahkan IHSG, Reksadana dan Unit Link.

5 saham ini adalah saham bluechip dari masing-masing sektor seperti ASII - Otomotif, BBCA - Perbankan, TLKM - Telekomunikasi, JSMR - Jalan Tol, UNVR - Personal Care. Dengan berinvestasi saham bluechip yang benar-benar bagus akan memberikan hasil yang optimal tanpa direpotkan dengan analisa saham-saham yang bukan golongan blue chip.

Baca : 5 Alasan Mengapa pilih saham bluechip?

Kesimpulan
Biaya-biaya besar yang dikeluarkan saat membeli produk reksadana dan unit link memberikan beban berat bagi investasi kita. Apalagi jika produk tersebut ternyata tidak memiliki kinerja yang baik pula, tentunya hasil yang diperoleh tidak akan optimal. Kerugian ini pun semakin membengkak jikalau kita harus membayar management fee ketika kondisi bursa saham sedang minus.

Sebenarnya kita dapat menemukan berbagai reksadana dan unitlink dengan return yang lebih tinggi dari IHSG, namun ada beberapa point yang harus kita perhatikan seperti :
Berapa lama reksadana atau unitlink tersebut beroperasi?
Semakin lama beroperasi, maka semakin sulit untuk mendapatkan return yang tinggi. Namun lama beroperasi dapat memberikan kita gambaran menyeluruh mengenai kinerja reksadana atau unitlink tersebut.

Berapa besar dana yang dikelola oleh perusahaan?
Semakin besar dana yang dikelola, maka semakin sulit perusahaan untuk bermanuver. Akan tetapi jumlah dana kelolaan yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan lebih terpercaya.

Apa saham yang menjadi top holding mereka?
Melihat top holding kita bisa mengetahui profil potensi dan resiko yang diambil oleh manajer investasi. Dengan berinvestasi pada saham yang bukan bluechip dapat memberikan potensi return serta resiko yang lebih tinggi.

Berinvestasi saham secara mandiri dan benar akan memberikan hasil yang lebih optimal. Selain itu saham juga menawarkan keuntungan tambahan selain kenaikan harga yaitu berupa dividen yang dibagikan setiap tahun. Namun perlu diingat bahwa dividen bersifat optional sehingga tidak semua saham membagikannya. Di lain sisi, investasi saham tanpa analisa yang baik dapat menyebabkan kerugian serta kinerja yang lebih buruk dari reksadana dan unit link.

Baca : Dividen

Di akhir kata, masing-masing jenis investasi ini memiliki kelebihan maupun keterbatasan masing-masing sesuai dengan penjelasan di atas. Tugas kita sebagai investor untuk memilih investasi mana yang paling sesuai. Hal paling penting untuk diingat adalah investasi apapun harus memiliki potensi keuntungan yang lebih besar dari deposito, karena sejauh ini deposito masih menjadi instrumen yang paling aman karena dijamin oleh pemerintah.

Baca : Investasi Emas dan Cara Menghitung Harga Emas secara Real

Comments

  1. membandingkan unit link dgn Reksadana, IHSG ataupun investasi saham sangat tdk relevan... konsep unit link sdh beda sekali dgn ke3 nya.. klo utk asset alokasi atau diversifikasi asset mungkin msh bisa...

    ReplyDelete

Post a Comment

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Melihat Jejak Lo Kheng Hong di Saham PTRO

    Perjalanan Sukarto Bujung dan Surono Subekti di saham MICE

    Mungkinkah Lo Kheng Hong Berinvestasi di Saham DILD?

    Apakah Saham Group Panin Layak untuk Disimpan?

    Meneliti Pendapat Lo Kheng Hong Mengenai Saham BUMI

    Portofolio Saham Lo Kheng Hong

    Ulasan Sharing Pengalaman Joeliardi Sunendar oleh Teguh Hidayat

    PNIN : Saham yang Selalu Undervalued

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Haiyanto dan Surono Subekti Masuk ke Saham CFIN