HOME       TRAKTEER     ARTIKEL SAHAM      ARTIKEL FUNDAMENTAL      LO KHENG HONG      HAIYANTO     WARREN BUFFETT      NON SAHAM

Prospek Saham KRAS dengan Kerugian Selama 5 Tahun (2012 - 2016)

Tidak semua saham BUMN berkinerja baik, itulah kalimat yang sesuai untuk mengambarkan bahwa pemerintah sekalipun tidak dapat lari dari resiko suatu usaha. Tercatat ada 4 perusahaan terbuka milik pemerintah yang merugi : Garuda Indonesia (GIAA), Aneka Tambang (ANTM), Indofarma (INAF), dan Krakatau Steel (KRAS). Dari keempat perusahaan tersebut, hanya KRAS lah yang mengalami kerugian selama 5 tahun berturut-turut dari periode tahun 2012 hingga 2016.
PT Krakatau Steel (KRAS)
Berdiri tahun 1970, Kraktau Steel menjelma menjadi produsen baja terbesar di Indonesia. Perusahaan memiliki 3 produk utama yaitu baja lembaran panas (hot rolled coil), baja lembaran dingin (cold rolled coils) dan batang kawat (wire rods) dengan kapasitas produksi 3,15 juta ton di tahun 2016. KRAS go public di tahun 2010 dengan melepas 20% saham ke publik. Hingga tahun 2016, komposisi saham publik di saham KRAS tetap di angka 20%.

* nilai dalam juta Rp
Kinerja perusahaan plat merah ini terbilang dalam kondisi yang memprihatinkan dengan total sales yang cenderung turun. Di periode 2012 - 2014, kinerja perusahaan terbilang masih cukup baik dengan mencatatkan total sales di atas angka Rp 20 triliun. Sedangkan di tahun 2015 dan 2016 perusahaan harus puas dengan sales yang berada di bawah angka Rp 20 triliun.

Dengan terus turunnya sales juga menyeret perusahaan membukukan kerugian yang lebih besar. Di tahun 2012 dan 2013, KRAS mencatatkan kerugian berkisar hampir Rp 200 miliar. Lalu di tahun berikutnya kerugian semakin membengkak dengan nilai di atas Rp 1 triliun. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai ekuitas perusahaan yang malah naik.

Jika biasanya perusahaan yang merugi memiliki ekuitas yang terus menurun, berbeda dengan KRAS yang malah terus mencatatkan pertumbuhan ekuitas. Hanya dari tahun 2012 ke 2013 saja, perusahaan mencatatkan penurunan ekuitas. Hal ini pun dapat dimaklumi karena perusahaan BUMN kerap mendapatkan suntikan dana dengan mudah dari pemerintah walaupun kondisi perusahaan terus merugi.

Dikarenakan perusahaan masih terus merugi, untuk rasio-rasio seperti ROE (Return on Equity), ROA (Return on Asset), dan gross margin susah untuk diperhitungkan karena nilanya masih negatif. Yang bisa dipertimbangkan adalah rasio Debt to Equity Ratio (DER), saat ini DER perusahaan pada periode 2012-2016 berkisar antara 1.0 - 2.0 yang mengindikasikan bahwa rasio utang Kraktau masih cukup bagus.

Walaupun perusahaan terus mencatatkan penurunan total sales, tapi sebenarnya volume penjualan tidak turun secara signifikan. Terlihat volume penjualan stagnan dengan rata-rata di atas 2 juta ton produk baja yang berhasil terjual. Penurunan harga komoditas baja lah yang menjadi penyebab utama penurunan sales serta kerugian perusahaan.

Pemulihan harga baja dunia pada akhir tahun 2015 pun membawa angin segar bagi perusahaan sehingga kerugian di tahun 2016 dapat ditekan turun 40% jika dibandingkan dengan kerugian tahun 2015. Jika melihat kapasitas produksi KRAS yang berada di angka 3,15 juta ton, maka perusahaan masih memiliki ruang untuk bertumbuh di masa mendatang.

Untuk melakukan ekspansi pada proyek pembangkit listrik, Krakatau Steel mengambil langkah right issue dengan menerbitkan sejumlah 3,57 juta saham baru di harga Rp 565 per lembar saham. Aksi korporasi yang dilakukan pada bulan Oktober 2016 berhasil memperoleh dana segar berkisar Rp 2 triliun. Rasio right issue yang ditetapkan berkisar setiap 250.000 saham lama berhak atas 55.900 HMETD dengan potensi efek dilusi 24% jika tidak dieksekusi.

Baca : Keuntungan dan Kerugian Right Issue

Harga pelaksanaan tersebut terbilang tinggi karena saat right issue dilakukan saham KRAS hanya berada di level Rp 300 per lembar. Jika memutuskan untuk mengambil HMETD ini, maka investor mengalami resiko kerugian karena saham yang ada di bursa memiliki harga lebih rendah dibandingkan harga pelaksanaan. Namun beberapa bulan kemudian di pertengahan tahun 2016, saham KRAS sempat menyentuh harga Rp 800 / lembar dan turun kembali ke harga Rp 350 / lembar di akhir tahun 2017.

Sesaat setelah IPO di tahun 2010, sebenarnya perusahaan memiliki kinerja yang cukup baik di tahun tersebut beserta tahun depannya di 2011. ROE yang terbilang cukup baik di kisaran 9 - 11% dan ROA di kisaran 4 - 6%. Sedangkan kondisi di tahun 2007 - 2009 cenderung stabil dengan ROE terjaga di kisaran 6 - 8% dan ROA di kisaran 2 - 3%. Rasio DER juga cukup terjaga dengan kisaran tidak melebihi angka 200, dan pernah mencapai titik terendah pada tahun 2010 di angka 86.

Baca : 5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

Dari kinerja tahun 2010 dan 2011 pula, KRAS tercatat membaikan dividen dengan detail berikut :
- Dividen 2011
Sumber dana yang berasal dari kinerja tahun 2010 berjumlah Rp 1,051 triliun dengan porsi pembagian Rp 956 miliar atau 98,91% diberikan kepada pemerintah sebagai pendiri, lalu sisanya Rp 94,65 miliar baru didistribusikan kepada pemegang saham retail dengan nominal Rp 6 / lembar. Jika dilihat dari harga saham saat pembagian di level Rp 980, maka dividend yield yang diterima adalah 0,6%.

- Dividen 2012
Hasil laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 1,023 triliun, porsi Rp 238 miliar digunakan untuk pembagian dividen dengan nilai Rp 15 / lembar. Sedangkan sisanya dialokasikan ke beberapa program serta dicadangkan sebagai laba ditahan. Jika melihat harga saham di Rp 710, maka dividend yield yang diterima adalah 2,1%.

Baca : Ulasan Lengkap Dividen

Kesimpulan
Walaupun perusahaan mengalami kerugian selama 5 tahun berturut-turut, namun melihat dari history ekuitas yang terus meningkat maka sebagai investor kita tidak perlu khawatir mengenai kelangsungan bisnis perusahaan. Apalagi bisnis tersebut didukung oleh pemerintah sepenuhnya dengan porsi kepemilikan hingga 80%. Ketika mengalami keuntungan, perusahaan pun tidak pelit untuk mendistribusikan keuntungan dalam bentuk dividen.

Yang perlu diperhatikan adalah nature of business KRAS yang sangat dipengaruhi oleh harga komoditas. Perusahaan baru bisa membukukan keuntungan ketika ditunjang oleh harga komoditas yang sedang tinggi disertai dengan harga bahan baku yang rendah. Namun dengan hasil produksi yang akan terus dipakai di masa mendatang tetap menjamin bahwa bisnis memiliki kelangsungan yang panjang.

Saat ini valuasi Krakatau Steel (KRAS) dengan rasio PBV di angka 0,3 dan rasio PSR di angka 0,4 sudah dapat digolongkan sebagai undervalued stock. Namun kita juga masih harus mempertimbangkan apakah perusahaan dalam waktu dekat dapat mencetak laba atau tidak. Jika kemungkinan masih cukup lama kita harus cukup bersabar karena bisa dipastikan di tahun 2017 ini pun perusahaan masih mencatatkan posisi negatif.

Baca : Analisa Saham Menggunakan PBV dan PSR

Penulis yakin ketika perusahaan bisa membukukan hasil yang positif, maka harga saham bisa naik dengan cepat. Namun jenis perusahaan seperti ini tidaklah cocok untuk investasi dalam jangka sangat panjang, karena harga komoditas yang berfluktuasi dengan cepat bisa membuat perusahaan kembali merugi. Timing untuk entry dan exit benar-benar harus dipertimbangkan saat berinvestasi.

Comments

RECENT POSTS

    Popular posts from this blog

    Melihat Jejak Lo Kheng Hong di Saham PTRO

    5 Hal Penting Mengenai ROE, ROA dan ROI

    Analisa Saham Menggunakan PER dan PEG

    Meneliti Pendapat Lo Kheng Hong Mengenai Saham BUMI

    Prospek Saham APLN dengan Penghentian Reklamasi Pulau G

    Portofolio Saham Haiyanto

    Mengapa Pilih Saham Bluechip?

    Apakah Saham Group Panin Layak untuk Disimpan?

    Portofolio Saham Lo Kheng Hong

    Jejak Haiyanto di Saham KDSI